Wednesday, April 7, 2010

Meskipun Sedikit Asalkan Berkelanjutan *IstiQomah*

“Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al Baqarah: 110)


Melangkah terus di atas Jalan Ketaatan

Melakukan amal shalih secara terus-menerus, setahap demi setahap, ibarat membangun benteng diri yang kokoh. Inilah amal yang dicintai Allah, yakni melakukan ibadah dan kebaikan tanpa henti, meskipun hanya sedikit. Ibarat menanam benih pohon, memberinya pupuk dan menyiraminya dengan air. Pohon itu adalah jiwa kita sendiri. Pupuk dan airnya adalah amal-amal ibadah dan keimanan. Maka, siramilah pohon iman itu agar ia tumbuh segar dan tak layu, agar jiwa terus terangkat menuju derajat yang lebih baik, menapaki tanga-tangga kearah kesempurnaan.
Semangat Kontinuitas dalam beramal dengan tetap memelihara kualitas beramal. Maka siapapun yang ingin mencapai tujuan besar (yakni tetap berada dalam keistiqamahan) maka ia harus menempuh terlebih dahulu penderitaan, kesulitan dan keadaan yang tidak disukai.
Maka beramal secara bijaksana, karena istiqamah, kontinuitas dan kesinambungan sulit diterapkan keculai dengan memilih jalan pertengahan, tidak berlebihan dan tidak melewati batas kemampuan melakukannya. Sabda Rasul: “Luruskanlah dirimu dan janganlah berlebih-lebihan...” (HR. Ibnu Majah)
Sabda Rasul: “Ahabbul a’maali ilallahi adwamuha wa in qalla.” Artinya, perbuatan yang paling dicintai Allah adalah adalah yang terus-menerus walaupun hanya sedikit. (HR. Bukhari dan Muslim).
Optimalkan usia yang masih tersisa, teruslah melakukan amal sampai ajal menjelang!


Kenapa Sedikit Tapi Berkelanjutan itu Lebih Baik?

1. Sedikit tapi kontinu adalah indikasi keikhlasan
Ibadah yang dilakukan hanya sewaktu-waktu, tidak kontinu, sesuai keadaan adalah tanda keikhlasan belum sempurna, karena dilakukan ketika sedang butuh.
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus :2)
Hamba yang ikhlas akan tetap istiqamah melakukan ibadah. Saat sulit ia bersimpuh dan sujud memohon pertolongan Allah, saat lapang ia semakin banyak bersyukur dan mendekat kepada Allah.

2. Sedikit tapi kontinu adalah mata air rasa nyaman
Amal shalih yang dilakukan teru-menerus meski sedikit akan menciptakan suasana damai dan tenang dalam hati, karena kontinuitas ibadahnya itulah yang membina jiwa sehingga ia merasakan kebahagiaan dan kelezatan serta kedekatan kepada Allah.

3. Sedikit tapi kontinu adalah strategi
Perbutan manusia memiliki beberapa tingkatan. Saat amal ibadahnya sedikit berarti ia berada pada tingkatan rendah, apabila istiqamah itu adalah strategi untuknya dalam meningkatkan amal ibadahnya menuju tingkatan amal yang lebih tinggi lagi. Karena merasa amal ibadah yang rendah itu sudah cukup mudah dan tidak berat lagi dilakukan.

4. Sedikit tapi kontinu adalah bahan bakar utama
Karena dengan amal ibadah sedikit tapi kontinu akan semakin menyuburkan iman dalam jiwanya sehingga bertambahlah keinginan baginya untuk lebih meningkatkan amalnya agar lebih dekat lagi kepada Allah.
Ibarat sebuah lentera, bila lentera adalah iman, maka minyak/bahan bakarnya adalah amal-amal shalih. Bila ia melakukan amal shalih walaupun sedikit akan tetap menambah minyak bagi lentera, sehingga bertambahlah keimanannya dan selamat dari jalan yang sesat.


Kebaikan Itu Ada Nafasnya

Ada batas minimal seorang muslim bisa tetap bertahan melakukan kebaikan.rahasianya terletak pada kemampuan menyiasati lika liku agar tetap dalam kebaikan. Berikut langkah-langkah dalam menyiasati dan menjaga nafas-nafas kebaikan:
1. Yakin setiap amal ada nilainya
tidak ada kebaikan yang tak bernilai meskipun hanya kecil, kita tidak boleh menganggap remeh amal kebaikan yang kecil. Ini dalam kaitan menjaga semangat beramal, bukan berarti amal kita sudah banyak.
Banyak peran-peran penting yang diemban oleh unsur-unsur kecil, demikian juga amal. Gunung yang tinggi menjulang terdiri dari bebatuan yang kecil dan besar. Penyangga rel kereta api yang dilalui ular-ular besi yang beratnya berton-ton, ternyata di bawah bantalan rel itu teradapat batu-batu kecil yang menyangganya.
Nasihat Rasulullah kepada istrinya Aisyah, “Jauhilah neraka, meski dengan (bersedekah senilai) separo biji kurma.”
Kebaikan yang dilaksanakan dengan ikhlas, akan dibahas oleh Allah.

Sebagaimana firman Allah swt:
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Nb: yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.

2. Selalu merasa kurang
Kita tidak boleh merasa puas dengan apa yang terlah kita lakukan. Hal ini perlu, demi menyambung amal-amal kebajikan. Artinya, dengan merasa kurang, kita akan terdorong terus beramal dan beramal.
Dunia ini seperti hutan belantara yang gelap. Yang tidak punya cahaya dan tidak yang tahu jalan pasti tersesat. Lentera dan cahaya itu adalah iman kepada Allah, sedang minyak dan bahan bakarnya adalah amal-amal saleh. Dengan lentera itu kita tidak akan salah jalan dan bisa menghindari jurang yang berbahaya.
Iman yang tidak dinyalakan dengan amal, tidak akan bisa menerangi hidup, hingga akhirnya padam. Maka setiap kali berbuat kebaikan, ingatlah bahwa ia akan menambah minyak bagi lentera itu.

3. Carilah Kesegaran Baru
Kadangkala timbul rasa malas dan bosan untuk terus melakukan kebaikan tertentu, karena kita tidak pernah luput dari pasang surut semangat, naik turun iman dan irama hati yang kadang berubah-ubah. Keadaan ini berpengaruh terhadap kesinambungan sebuah amal. Mula-mula berkurang, tetapi bila dibiarkan bisa membuat terhenti.
Untuk menghadapinya, carilah kesegaran baru. Maksudnya, mencoba menyegarkan kembali jiwa dan raga. Bisa dengan cara mengubah kebiasaan yang rutin dengan sesuatu yang baru, menyela kegiatan yang monoton dengan kegiatan yang baru. Misal: dengan rekreasi, olahraga, silaturahmi, bermain bersama anak-anak, dan lain-lain. Kesegaran ini tentu harus dalam batas halal.

4. Mohon Pertolongan Allah
Yang utama dan pertama adalah memohon pertolongan Allah, dengan berdoa dan bertaqorub kepada-Nya.
Dalam konteks kemanusiaan, mintalah pertolongan kepada sesama muslim; seperti teman, saudara, keluarga, orang-orang saleh, dan sebagainya, yaitu meminta nasihat dari mereka, menimba pengalaman, atau saling berbagi.


SEPULUH PERKARA YANG TIDAK BERMANFAAT
1. Ilmu yang tidak diamalkan
2. Amal yang tidak ikhlas
3. Harta yang tidak dipersembahkan kepada akhirat
4. Hati yang tidak mencintai Allah
5. Badan yang tidak taat dan tidak mengabdi kepada-Nya
6. Kecintaan yang tidak diridhai Allah dan tidak dalam menjalankan perintah-Nya
7. Waktu yang terbuang-buang, yang tidak digunakan untuk mengetahui Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya
8. Pemikiran yang berputar-putar pada sesuatu yang tidak bermanfaat
9. Pengabdian yang tidak mendekatkan diri kepada-Nya, tidak juga mendatangkan kemaslahatan bagi dunia
10. Rasa takut dan berharap kepada orang. Padahal nasib orang itu di tangan Allah. Orang itu sendiri tidak memiliki untuk dirinya bahaya, manfaat, kematian, dan kehidupan kecuali dengan izin Allah
(Ibnu Qayyim Al-Jauziah dalam Al-Fawa’id)



[Sumber: Majalah Tarbawi, edisi_lupa2@inget.com]

No comments:

Post a Comment