Monday, February 17, 2014

Kisah Nabi Sulaiman dan Ikan Nun



Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman as menyampaikan sebuah munajat kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagai Nabi yang telah diberi keleluasaan untuk menguasai bangsa jin, hewan dan angin, serta dianugerahi harta kekayaan yang berlimpah, telah membuat Nabi Sulaiman merasa bahwa ia sanggup memberi makanan kepada setiap makhluk yang berdomisili di daerah kekuasaannya.

Oleh karena itu, ia bermunajat kepada Allah agar diberi izin untuk memberi makan pada semua makhluk yang ada di daerah kekuasaannya selama satu tahun penuh. Namun Allah Taala kemudian menjawab munajat Nabi Sulaiman tersebut dengan berfirman:
"Engkau sekali-kali tak akan dapat melakukan hal itu."

Akan tetapi Nabi Sulaiman as tetap bersembah sujud supaya niat baiknya mendapat persetujuan dari Allah. Ia memohon kepada Allah agar diberi izin untuk membagikan makanan kepada seluruh makhluk hanya dalam tempo sehari saja, dengan merengek-rengek ia meminta. Akhirnya Allah mengizinkan kepada Nabi Sulaiman as melakukan hal itu untuk membuktikan kekuasaan-Nya.

Nabi Sulaiman segera melaksanakan hajatnya itu. Ia memerintahkan kepada anak buahnya agar membuat hidangan makanan yang jumlahnya memenuhi tanah lapang, Alun-alun dan lapangan yang sangat besar di seluruh kerajaannya. Saking besarnya lapangan itu, sampai-sampai dituturkan dalam riwayat tersebut, bahwa panjang hidangan makanan itu bila ditempuh dengan berkuda mencapai perjalanan satu bulan.
Demikian pula halnya dengan jumlah, ukuran lebarnya menelan waktu 2 bulan perjalanan berkendara kuda balap.

Setelah mempersiapkan hidangan yang sangat banyak, Nabi Sulaiman as memerintahkan kepada semua makhluk untuk duduk mengelilingi hidangan itu seperti orang kondangan, agar mereka tidak rebutan hingga makanan pun menjadi rusak.

Usai Nabi Sulaiman menyiapkan segala sesuatunya, Allah berfirman kepadanya: "Hai sulaiman.. Makhluk manakah yang akan engkau suruh mulai menyantap makanan itu terlebih dahulu?"

Nabi Sulaiman menjawab:
"Aku mohon agar Engkau menghadapkan penduduk darat dan sekaligus penduduk laut agar menyantap hidangan ini terlebih dahulu."

Namun Allah tak segera menuruti apa yang diminta oleh Nabi Sulaiman. Allah hanya mendatangkan seekor ikan Nun yang besar dari sekian banyak makhluk yang hidup di lautan. Ikan besar itu pun diletakkan Allah di hadapan hidangan yang telah disajikan oleh Nabi Sulaiman.

Selanjutnya, ikan itu mengangkat kepalanya dan berbicara kepada Nabi Sulaiman. "Hai nabi Sulaiman., Sesungguhnya Allah telah menitipkan rezekiku berada di tanganmu hari ini," ujar ikan Nun
"Makanlah dan Ambillah makanan itu hingga engkau merasa kenyang," kata Nabi Sulaiman. Ikan itu pun segera melahap hidangan yang telah disiapkan oleh Nabi Sulaiman. Hanya dalam hitungan detik, seluruh hidangan itu habis dilahap tanpa tersisa oleh sang ikan nun.

Setelah hidangan habis, ikan itu berkata: "Hai nabi Sulaiman, sesungguhnya aku belum merasa kenyang, meski telah menyantap seluruh hidangan yang engkau sajikan."

Melihat kejadian itu, Nabi Sulaiman menjadi tersadar, bahwa sesungguhnya hanya Allah sajalah yang dapat memberi rezeki kepada seluruh makhluk-Nya hingga mereka merasa kenyang.

Sedangkan Nabi Sulaiman yang sudah menyiapkan makanan begitu banyak dan dengan susah payah, pada akhirnya toh tak dapat membuat satu ekor ikan pun merasakan kenyang. Apalagi jika ia menyuguhkan makanan kepada seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini.

Tentunya, ia pun akan merasa sangat lelah dan tak mampu.
Bahkan, untuk makanan seekor ikan saja, sang ikan tetap belum merasa kenyang dalam satu kali makan. Apalagi jika ia harus menyiapkan makanan untuk satu hari bagi ikan itu dan seluruh makhluk yang ada di bumi. Maka, sudah barang tentu, tak ada daya dan kekuatan pada seorang makhluk pun untuk dapat memberi rezeki kepada makhluk lainnya.

Hanya Allah Zat Yang Maha Memberi rezeki sajalah yang mampu melakukannya dengan sangat sempurna. Nabi Sulaiman pun akhirnya jatuh tersungkur dan bersujud di hadapan Allah. Ia menyadari betul di mana letak kelemahan-nya sebagai makhluk, yang notabene tak akan dapat melakukan sesuatu pun kecuali atas kehendak dan rahmat Allah.

Dalam sujudnya itu, Nabi Sulaiman berkata: "Mahasuci Allah, Zat yang telah menanggung rezeki bagi seluruh makhluk yang diberi rezeki, tanpa Dia merasakannya sama sekali."

Wallahua’lam bish Shawwab ....

Kisah Penjual Susu





Pada masa kekhalifahan (pemerintahan) Umar ibn Khathabb, melarang para penjual susu mencampur susu dengan air.

Tahukah kalian siapa Umar ibn Khathab? Beliau adalah salah satu sahabat Rasulallah saw yang gagah berani, tidak pernah bohong dan salah seorang Khulafa’ur Rasyidin.

Suatu malam, Khalifah Umar berjalan mengelilingi kota untuk melihat keadaan kota dan keadaan rakyatnya. Tiba-tiba beliau mendengar seorang wanita penjual susu berkata kepada putrinya : “Campurlah susu dengan air!” Putrinya menjawab: “Bagaimana mungkin aku mencampur susu dengan air, sedangkan Khalifah Umar melarangnya berbuat demikian.” Ibunya berkata: “ Orang-orang saja mencampur susu dengan air. Supaya untungnya lebih banyak. Khalifah tidak akan tahu.”

Putrinya berkata : “ Sekalipun Khalifah Umar tidak tahu, maka sesungguhnya Allah tahu karena Allah Maha Mengetahui apapun yang dilakukan hambaNYA. Ibu, aku tidak mau mencampur susu ini dengan air.”

Umar ibn Khathab mendengar perkataan gadis itu. Subahanllah, Khalifah merasa takjub mendengar perkataan putri penjual susu yang jujur.

Masa Muda Muhammad SAW




Pendahuluan
Nabi Muhammad saw melewati masa mudanya dengan menggembala kambing. Beliau pernah berkata kepada para sahabatnya : “ Musa diutus Allah, dia menggembalakan kambing. Daud diutus Allah, dia menggembalakan kambing. Aku diutus Allah, juga menggembalakan kambing.
Sambil menggembala kambing, benaknya dipenuhi berbagai pemikiran yang baik-baik. Selalau muncul pertanyaan dalam dirinya, siapa yang menjadikan bintang-bintang ini bercahaya? Siapa yang membuat matahari dan bulan ada di langit secara bergantian?  Pikiran –pikiran yang baik inilah yang membuat beliau terjaga dari pikiran-pikran buruk sehingga terjaga akhlaqnya.

Situasi mekah.
Pada saat beliau muda, kondisi Mekah khususnya dan jazirah Arab pada umumnya , sangat dipenuhi dengan ha-hal yang buruk. Mereka menyembah patung, mabuk,  berbuat curang, berbohong, malas, dan masih banyak lagi perbuatan buruk yang menjadi keseharian penduduk Mekah.
Pernah suatu hari, Muhammad muda ingin pergi ke kota untuk melihat sebuah pesta perkawinan.  Beliau meminta kepada temannya untuk menjaga kambingnya selama beliau pergi.
Muhammad pun pergi memasuki Mekah. Di ujung kota, beliau melihat keramaian pesta perkawinan yang nampak dipenuhi berbagai hiburan,musik dan tari-tarian,  banyak orang berpakaian indah. Namun belum sempat beliau sampai ke tempatnya, tiba-tiba beliau merasakan badannya sangat letih sehingga tertidur dibawah pohon hingga keesokkan harinya. Beliau tidak sempat melihat pesta perkawinan sedikitpun.
Esok hari nya, kembali beliau berniat melihat pesta perkawinan di tempat yang berbeda. Sebelum tiba di tempat pesta, telinganya mendengar musik yang sangat indah yangmembuat beliau mengantuk dan tertidur. Kembali beliau tidak sempat melihat pesta pernikahan, melihat keramaian di Mekah.
Sejak itu, beliau tidak lagi berminat untuk melihat pertunjukkan musik dan tarian di pesta perkawinan. Allah menyelamatkan akhlaqnya.

Berdagang ke Syam
Pada musim Semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah mulai bersiap-siap untuk mengadakan perjalanan perdagangan ke Syam atau Syria. Salah satu penduduk Mekah yang bernama Khadijah juga sedang mempersiapkan barang dagangannya, tetapi belum menemukan seseorang untuk menjadi pemimpin kafilahnya. Beberapa nama sudah diusulkan tetapi tidak satupun yang berkenan di hatinya.
Mendengar ini, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan menawarkan kepadanya, Muhammad,  keponakkannya yang baru berusia 25 tahun untuk memimpin rombongan dagangan Khadijah. Abu Thalib tahu bahwa Muhammad belum berpengalaman, tetapi beliau sangat yakin beliau akan mampu. Seperti penduduk Mekah yang lainnya, Khadijah pun mendengar nama Muhammad. Yang dia yakini adalah kejujuran Muhammad,bukankah orang Mekah menjulukinya “ Al Amin” atau “orang yang bisa dipercaya. Maka Khadijah segera menyetujui usul Abu Thalib, apalagi Khadijah bersedia memberi upah 2 x lipat sehingga Abu Thalib pulang kerumah dengan gembira.
Segera Abu Thalib dan Muhammad  menemui Khadijah yang kemudian menjelaskan tentang seluk beluk perdagangan. Muhammad yang cerdas, segera memahami semuanya.
Maka khalifah pun disiapkan, suara terdengar riuh rendah. Khadijah menyertakan pembantu laki-lakinya yang  terpercaya , Maisarah namanya, untuk mendampingi Muhammad di perjalanan.
Pemimpin kafilah membunyikan bel dan semuanya segera berngkat. Berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah ditempuhnya bersama pamannya, 13 tahun yang lalu.
Pada musim panas, kafilah Mekah berangkat menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari. Mereka beristirahat pada siang hari, karena perjalanan siang hari pasti akan sangat melelahkan semuanya karena teriknya matahari Gurun.
Di perjalanan, Muhammad mendapati Maisarah adalah teman yang baik. Dengan senang hati, Maisarah menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat yang mereka lewati. Muhammad juga menemui bahwa anggota kafilah yang lainnya ,  sangat ramah dan baik kepadanya. Setelah berjalan selama sebulan tibalah mereka di Syria.
Setelah istirahat beberapa hari, mulailah pedagang menuju pasar. Walaupun kali ini adalah pengalaman pertama, tetapi Muhammad tidak bingung dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat cara Muhammad mengambil keputusan, pikirannya tajam serta jujur. Semua barang yang mereka bawa, laku terjual dengan jumlah keuntungan yang sangat besar yang belum pernah diperoleh Khadijah sebelumnya.
Di Syria, setiap orang yang berjumpa Muhammad pasti sangat terkesan. Penampilan Muhammad sangat mempesona, ramah dan perhatiannya sangat besar terhadap setiap orang.
Waktu pulang pun tiba, saat yang paling menggembirakan dan sangat ditunggu-tunggu.  Mereka akan bertemu keluarga dan handai tolan, mereka tidak sabar lagi mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat lagi mereka menahan air mata kebahagiaan.

Ciri-ciri Muhammad.
Tidak ada laki-laki yang segagah Muhammad. Paras mukanya manis dan indah. Perwakannya sedang, tidak terlampau tinggi, tidak terlampau pendek. Rambutnya hitam bergelombang. Dahinya lebar, diatasnya ada sepasang alis yang lengkung, lebat dan bertaut. Sepasang matanya lebar dan hitam. Pandangannya tajam dengan bulu mata yang hitam pekat. Hidungnya halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah. Dadanya lebar dengan bahu yang bidang. Warna kulitnya terang dan jernih dengan kedua telapak kaki yang tebal. Jika berjalan, badannya agak condong ke depan, melangkah cepat dan pasti. Pandangan matanya menunjukkan kewibawaan dan orang menjadi patuh kepadanya.

Sifat Muhammad.
Sifat yang sangat menonjol dari Muhammad adalah sifatnya yang rendah hati. Jika ada yang mengajaknya berbicara, beliau akan mendengarkan dengan penuh perhatian, memutar badannya untuk menghadap orang yang mengajak bicara. Muhammad bicaranya sedikit, beliau lebih sering mendengarkan pembicaraan orang lain. Beliau sering membuat humor dan mengajak orang lain tertawa tetapi apa yang beliau katakan dalam bergurau sekalipun.
Apabila tertawa tidak pernah sampai nampak gerahamnya. Apabila marah, tidak sampai nampak kemarahannya. Orang tahu bahwa beliau marah hanya dari keringat yang tiba-tiba mucul di keningnya. Beliau selalu lapang dada, berkemauan baik dan menghargai orang lain. Beliau bijaksana,lembut,  murah hati, mudah bergaul dengan orang lain. Namun beliau mempunyai kemauan yang keras, tujuan yang pasti, tegas dan tidak pernah ragu-ragu. Sifat-sifat baik ini berpadu di dalam diri beliau sehingga menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang yang bergaul dengannya.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW



KELAHIRAN  NABI  MUHAMMAD SAW
Pendahuluan .
Sebuah tangis bayi yang baru lahir terdengar dari sebuah rumah di kampung Bani Hasyim di
Makkah pada 12 Rabi’ul Awwal 571 M. Ibu bayi itu bernama Aminah.
“Bayimu laki-laki!” kata  Syifa’, ibunda sahabat Abdurrahman bin Auf yamg membantu kelahiran bayi.
Aminah tersenyum lega. Tetapi seketika ia teringat kepada mendiang suaminya, Abdullah bin Abdul Muthalib, yang telah meninggal enam bulan sebelumnya.. Ayahnya meninggal di Yatsrib ketika bayinya berusia tiga bulan dalam kandungan ibundanya.
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam sampai kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam.

Tahun kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekah dan Ka’bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keingin Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak).

Dalam penyerangan Ka’bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit yang mematikan yang dibawa oleh burung Ababil yang melempari tentara gajah dengan kerikil panas. Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Fîl: 1-5.
Beberapa bulan setelah penyerbuan tentara gajah, Aminah melahirkan seorang bayi
laki-laki. Ia lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah,
 bertepatan dengan 20 April 570 M.
Memberi Nama kepada bayi
Hari ketujuh telah tiba. Seekor domba disembelih Abd al-Muttalib sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah. Sejumlah orang diundang untuk menghadirinya. Di hari perayaan yang besar itu, dihadiri oleh kebanyakan orang Quraisy, ia menamakan cucunya “Muhammad”(yang terpuji). Ketika ditanya mengapa ia menamakannya Muhammad padahal nama itu jarang dipakai orang Arab, ia menjawab, “Saya berharap ia terpuji di syurga maupun di bumi.”
Karena Kitab-kitab Suci telah meramalkan kedatangan Islam berikut nama serta tanda-tanda rohaniah dan jasmaniah yang khusus dari Nabi, maka tanda-tandanya haruslah demikian jelas sehingga tidak muncul suatu kekeliruan. Salah satu tanda itu adalah nama Nabi.
Penting bahwa nama itu harus dipakai oleh  sedikit orang sehingga tidak ada keraguan atas identitasnya. Dengan begitu, orang yang kemunculannya telah diramalkan oleh Taurat dan Injil ini dapat dikenali dengan mudah. Al-Quranul Karim menyebut dua nama Nabi. Dalam surah Ali Imran ayat (138), Muhammad ayat (2), al-Fath ayat (29), dan al-Ahzab ayat (4),  disebut Muhammad, sedang dalam surah ash-Shaf ayat (6),  disebut Ahmad. Perbedaan ini, sebagaimana dicatat sejarah, adalah karena ibunda Nabi sudah menamainya Ahmad sebelum kakeknya memberi nama Muhammmad.
Ya, bayi yang  oleh kakeknya diberi nama Muhammad (Yang Terpuji) itu lahir dalam keadaan yatim.
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?” — QS Adh-Dhuha (93): 6.
Kehidupan Aminah dan bayinya.
Aminah dan bayinya, hidup miskin. Suaminya hanya meninggalkan sebuah rumah dan seorang budak, Barakah Al-Habsyiyah (Ummu Aiman). Sementara sudah menjadi kebiasaan bangsawan Arab waktu itu, bayi yang dilahirkan disusukan kepada wanita lain. Khususnya kepada wanita dusun, supaya hidup di alam yang segar dan mempelajari bahasa Arab yang baku.Ada hadits yang mengatakan, kebakuan bahasa warga Arab yang dusun lebih terjaga.
Menunggu jasa wanita yang memberikan ASI, Aminah memberi ASI sendiri kepada  Muhammad kecil selama tiga hari. Lalu dilanjutkan oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab, paman Nabi Muhammad, yang langsung dimerdekakan karena menyampaikan kabar gembira atas kelahiran Nabi, sebagai ungkapan rasa senang Abu Lahab.

Beberapa hari kemudian, datanglah kafilah dari dusun Bani Sa’ad, dusun yang jauh dari kota Makkah. terletak kira-kira 60 km dari Mekah, dekat kota Ta’if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya.
Mereka menaiki unta dan keledai.

Di antara mereka ada sepasang suami-istri, Harits bin Abdul Uzza dan Halimah As-Sa’diyah. Harits menaiki unta betina tua renta dan Halimah menaiki keledai yang kurus kering. Keduanya sudah memacu kendaraannya melaju, tetapi tetap saja tertinggal dari teman-temannya.
Halimah dan wanita lainnya yang datang ke Makkah sedang mencari kerja memberi jasa memberi ASI kepada bayi bangsawan Arab yang kaya. Sebagaimana dalam kehidupan sekarang, baby sitter akan mendapatkan bayaran yang tinggi bila dapat mengasuh bayi dari keluarga kaya.
Sampai di kota Makkah, Halimah menjadi cemas, sebab beberapa wanita Bani Sa’ad yang tiba lebih dulu sedang ancang-ancang mudik karena sudah berhasil membawa bayi asuh mereka.
Setelah ia ke sana-kemari, akhirnya ada juga seorang ibu, yaitu Aminah, yang menawarkan bayinya untuk disusui. Namun ketika mengetahui keadaan ibu muda yang miskin itu, Halimah langsung menolak.
Dia dan suaminya berkeliling kota Makkah, tetapi tidak ada satu pun ibu yang menyerahkan bayinya kepadanya untuk diberi ASI. Ya, bagaimana mereka percaya, seorang ibu kurus yang naik keledai kurus pula akan mengasuh dengan baik bayi mereka?
Hampir saja Halimah putus asa, ditambah lagi suaminya sudah mengajaknya pulang meski tidak membawa bayi asuh. Namun, ia berkata kepada suaminya, “Aku tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Alangkah baiknya kalau kita mau mengambil anak yatim itu sambil berniat menolong.”
“Baiklah, kita bawa saja anak yatim itu, semoga Allah memberkahi kehidupan kita,” ujar suaminya. Setelah ada kesepakatan tentang harga upah menyusui, Muhammad kecil diberikan kepada Halimah.
ASI  yang Melimpah
Wanita kurus kering itu pun mencoba memberikan ASI kepada bayi mungil tersebut.
Subhanallah! ASI  mengalir deras, sehingga sang bayi minum hingga kenyang. Dia heran, selama ini ASI nya sering kurang untuk diberikan kepada bayi kandungnya sendiri, tetapi sekarang  justru berlimpah, sehingga cukup untuk diberikan kepada bayi kandung dan bayi asuhnya?
Bersamaan dengan kejadian istimewa yang dialami Halimah, suaminya juga dibuat bahagia, karena  unta betina tua renta itu pun tiba-tiba kantung susunya membesar, penuh air susu unta.
Halimah turun dari  keledainya, dan terus memerah susu itu. Dia dan suaminya sudah dalam keadaan lapar dan dahaga. Mereka meminumnya sehingga kenyang dan puas. Semua kejadian istimewa itu membuat mereka yakin, “Anak yatim ini benar-benar membawa berkah yang tak terduga.”
Halimah menaiki dan memacu keledainya. Subhanallah! Keledai itu berhasil menyalip kendaraan temannya yang pulang lebih dulu.
“Halimah! Halimah! Alangkah gesit keledaimu. Bagaimana ia mampu melewati gurun pasir dengan cepat sekali, sedangkan waktu berangkat ke Makkah ia amat lamban,” temannya berseru. Halimah sendiri bingung, dan tidak bisa memberikan jawaban kepada teman-temannya.
Sampai di rumah pun, anak-anaknya senang, sebab orangtua mereka pulang lebih awal dari orang sekampungnya. Apalagi kemudian ayah mereka membawa air susu unta cukup banyak, yang tiada lain air susu unta tua renta yang kurus kering itu.
Dalam sekejap, kehidupan rumah tangga Halimah berubah total. Dan itu menjadi buah bibir di kampungnya. Mereka melihat, keluarga yang tadinya miskin tersebut hidup penuh kedamaian, kegembiraan, dan serba kecukupan.
Domba-domba yang mereka pelihara menjadi gemuk dan semakin banyak air susunya, walaupun rumput di daerah mereka tetap gersang.
Peternakan domba milik Halimah berkembang pesat, sementara domba-domba milik tetangga mereka tetap saja kurus kering. Padahal rumput yang dimakan sama. Karena itulah, mereka menyuruh anak-anak menggembalakan domba-domba mereka di dekat domba-domba milik Halimah. Namun hasilnya tetap saja sama, domba para tetangga itu tetap kurus kering.
Masa Kanak-Kanak Nabi
Sejarah meriwayatkan bahwa kehidupan Nabi penuh peristiwa menakjubkan sejak masa awal masa kanak-kanak hingga kerasulannya. Semuanya menunjukkan sisi kebesarannya. Keseluruhannya menunjukkan bahawa kehidupan Nabi tidaklah biasa.
Bila kisah ini dihayati, maka semuanya adalah meyakinkan kita tentang kebesaran dan kemuliaan Nabi SAW.
 Halimah berkata: “Ketika memikul tanggungjawab membesarkan bayi Aminah, saya memutuskan menyusui sang bayi di situ juga di hadapan ibunya. Saya berikan ASI dari dada sebelah kiri  ke mulutnya, tetapi si bayi lebih suka dari yang sebelah kanan. Padahal ASI dari dada sebelah  kanan itu tak ada ASInya sejak kelahiran anak saya yang pertama. Karena desakan si bayi, saya memberikan ASI  sebelah kanan yang kosong itu dan,  bayi itu menghisap, sumber yang kering itu pun berisi penuh susu.”
Halimah juga mengatakan: “Sejak membawa Muhammad ke rumah, saya menjadi lebih makmur. Rejeki saya meningkat.  Ternak saya berkembang.”
Muhammad  menjadikan ibu susunya layak mendapat kurnia Allah.
Muhammad kecil diberi ASI oleh  Halimah sekitar dua tahun. Pertama kali , bayi itu dikembalikan kepada ibunya, Aminah. Namun ibunya mengharapkan agar Muhammad tetap ikut dirinya, sebab ia khawatir bayi yang sehat  tersebut menjadi terganggu kesehatannya jika hidup di Makkah, yang kering dan kotor. Di Mekkah sedang berjangkit wabah. Muhammad kecil dibawa kembali ke dusun.
Lima Tahun di Gurun
Nabi tinggal selama lima tahun bersama suku Bani Sa’ad dan tumbuh sehat. Selama itu, ada dua atau tiga kali Halimah membawa Muhammad  menemui ibunya.
Bayi itu menjadi balita, dan telah mampu mengikuti saudara-saudaranya menggembala domba. Ingat, hampir semua nabi pernah menjadi penggembala. Muhammad saat itu sudah berusia empat tahun dan dapat berlari-lari lepas di padang rumput gurun pasir. la, bersama Abdullah, anak kandung Halimah, menggembala domba-domba mereka agak jauh dari rumah.
Di siang hari yang terik itu, tiba-tiba datanglah dua orang lelaki berpakaian putih. Mereka membawa Muhammad, yang sedang sendirian, ke tempat yang agak jauh dari tempat penggembalaan. Abdullah pada waktu itu sedang pulang, mengambil bekal untuk dimakan bersama-sama dengan Muhammad, di tempat menggembala, karena mereka lupa membawa bekal.
Ketika Abdullah kembali, Muhammad sudah tidak ada. Seketika itu juga ia menangis dan berteriak-teriak minta tolong sambil berlari pulang ke rumahnya. Halimah dan suaminya pun segera keluar dari rumahnya. Dengan tergopoh-gopoh mereka mencari Muhammad kesana-kemari. Beberapa saat kemudian, mereka mendapatinya sedang duduk termenung seorang diri di pinggir dusun tersebut.
Halimah langsung bertanya kepada Muhammad, “Mengapa engkau sampai berada di sini seorang diri?” Muhammad pun bercerita. “Mula-mula ada dua orang lelaki berpakaian serba putih datang mendekatiku. Salah seorang berkata kepada kawannya, ‘Inilah anaknya.’
Kawannya menyahut, `Ya, inilah dia!’ Sesudah itu, mereka membawaku ke sini. Di sini aku dibaringkan, dan salah seorang di antara mereka memegang tubuhku dengan kuatnya. Dadaku dibedahnya dengan pisau. Setelah itu, mereka mengambil suatu benda hitam dari dalam dadaku dan benda itu lalu dibuang. Aku tidak tahu apakah benda itu dan ke mana mereka membuangnya.
Setelah selesai, mereka pergi dengan segera. Aku pun tidak mengetahui ke mana mereka pergi, dan aku ditinggalkan di sini seorang diri.” Setelah kejadian itu, timbul kecemasan pada diri Halimah dan suaminya, kalau-kalau terjadi sesuatu terhadap si kecil Muhammad. Karena itulah, keduanya menyerahkan dia kembali kepada Ibunda Aminah.

Kembali ke Pangkuan Ibunda Aminah

Halimah membawa Muhammad ke Makkah bertepatan dengan datangnya sekumpulan pendeta dari Etiopia di Hijaz. Mereka melihat anak itu di kalangan suku Bani Sa’ad. Mereka mendapatkan bahwa semua tanda Nabi yang akan datang sesudah Nabi Isa, sebagaimana disebutkan dalam Kitab-kitab Suci, ada pada anak itu. Karena itu, mereka memutuskan untuk menguasai anak itu bagaimanapun caranya, dan akan membawanya ke Ethiopia, supaya negeri itu memperoleh kehormatan mempunyai Nabi.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, tanda-tanda Nabi Muhammad telah diceritakan dalam Injil. Oleh itu, sangatlah wajar bila para pendeta waktu itu dapat mengenali orang yang tanda-tandanya lengkap. Al-Quran mengatakan dalam kaitan ini.

“Dan ingatlah ketika Isa Putera Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, iaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (akan datangnya) seorang rasul sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’
Tapi tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.” (QS Surah Ash-Shaf : 6.)
Ada lagi ayat lain yang menunjukkan dengan jelas tanda-tanda Nabi Muhammad di dalam Kitab-Kitab Suci, dan orang-orang terdahulu mengetahui hal itu dalam Surah Al-A’raf : 157, nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang namanya tertulis di dalam Taurat dan Injil.
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika berusia sekitar 6 tahun, diajak ibundanya ke Madinah/Yastrib disertai pembantu wanitanya, Ummu Aiman. Tujuan ke Madinah/Yastrib adalah untuk menziarahi makam ayah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setelah menetap satu bulan di  Madinah/Yastrib, Aminah dan rombongannya siap-siap kembali ke Makkah. Dalam perjalanan itu Aminah sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yaitu daerah antara Makkah dan Madinah.  Demikianlah Masa kecil Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, ketik berumur sekitar 6 tahun sudah yatim piatu atau  tidak memiliki ayah dan ibu.
Kembali ke Mekkah,  Muhammad kecil hidup  dalam perlindungan kakek dari pihak ayah, Abdul Al-Muthalib. Dalam pengasuhan kakeknya ini, Muhammad (saw) mengetahui dasar-dasar kenegaraan. Mekah  adalah kota paling penting di Saudi,  pusat ziarah dan Abdul Al-Muthalib pemimpin yang paling dihormati. 
 Setelah kematian kakeknya  Muhammad  yang ketika itu berusia sekitar delapan tahun, dalam  asuhan seorang paman dari pihak ayah , Abu Thalib. Muhammad (saw) dibesarkan di rumah orang tua itu dan tetap di bawah perlindungan Abu Thalib selama bertahun-tahun. 
Sejarah telah mencatat bahwa masa kanak-kanak Muhammad begitu banyak melewati pengalaman hidup yang mengharukan . Dalam Al Qur'an, Allah berfirman: "Apakah Allah tidak menemukan Anda yatim piatu dan memberikan tempat tinggal dan perawatan Dan Dia menemukan Anda mengembara, dan memberi Anda bimbingan Dan ia menemukan Anda butuhkan, dan membuat Anda mandiri?." (93:6 - 8).
Sebelum kakeknya wafat, beliau menunjuk salah satu putranya untuk mengasuh Muhammad(saw). Abdul Muthalib menunjuk Abu Tahlib untuk mengasuh Muhammad saw karena sekalipun miskin, Abu Thalib mempunyai perasaan yang halus dan paling terhormat dikalangan Quraisy.
Begitupun sebaliknya, Muhammad amat mencintao pamannya. Ia tahu pamannya mempunyai anak yang banyak dan hidup dalam kemiskinan, tetapi beliau tidak pernah berhutang. Beliau lebih suka untuk bekerja keras, memeras tenaga. Karena itulah,tanpa ragu Muhammad ikut bekerja seperti anak-anak Abu Thalib yang lain. Ia ikut mmbantu pekerjaan keluarga, menggembala kambing dan mencari rumput untuk ternaknya.
Pada saat Muhammada berusia 12 tahun, pamannya berniat akan berdagang ke negeri Syam. Muhammad mengutarakan niatnya untuk ikut serta, pamannya sangat terharu mendegar permintaan Muhammad. Akhirnya, Muhammad diijinkan pamannya pergi menempuh perjalanan musim panas yang begitu jauh.
Jamuan Buhaira
Berangkatlah kafilah Quraisy menuju Syam. Ketika tiba di Busra, mereka melewati rumah ibadah seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira. Kali ini Buhaira mengundang makan kafilah Quraisy ini untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan pembantunya.
Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebetulnya perhatian Buhaira tertuju kepada Muhammad. Buhaira tidak melewatkan waktu untuk berbincang dengan Muhammad. “Hai anak muda”, panggil Buhaira. “ dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu.” Wajah Muhammad berubah: “ Jangan tanya apapun kepadaku sambil menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak ada yang aku benci, selain keduanya .“  Buhaira menanyakan banyak hal, semua jawaban Muhammad sesuai dengan apa yang diketahui Buhaira. Lalu Buhaira melihat punggung Muhammad. Diantara kedua bahunya, ada tanda seperti  bekas di bekam. Itulah tanda ke Nabi an. Setelah itu Buhaira mendekati Abu Thalib dan menyarankan untuk segera membawa pulang Muhammad, demikeselamatn Muhammad.
Abu Thalib percaya bahwa yang dikatakan Buhaira adalah benar. Sejak kejadian itu, sesulit apapun kehidupan keluarganya, Abu Thalib tidak pernah pergi berdagang ke tempat yang jauh demi melindungi Muhammad.
RASULULLAH S.A.W:

1. Nama: Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim
2. Tarikh lahir: Subuh Isnin, 12 Rabiulawal / 20 April 571M (dikenali sebagai tahun gajah; sempena peristiwa tentera bergajah Abrahah yangmenyerang kota Mekah)
3. Tempat lahir: Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah
4. Nama bapa: ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim
5. Nama ibu: Aminah binti Wahab bin ‘Abdul Manaf
6. Pengasuh pertama: Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapa Rasulullah SAW)
7. Ibu susu pertama: Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab)
8. Ibu susu kedua: Halimah binti Abu Zuaib As-Sa’diah (lebih dikenali Halimah As-Sa’diah. Suaminya bernama Abu Kabsyah)


SEJARAH RINGKAS RASULULLAH S.A.W: 

USIA 5 TAHUN
* Peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua malaikat untuk mengeluarkan bahagian syaitan yang wujud di
dalamnya.

USIA 6 TAHUN
* Ibunya Aminah binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia di Al-Abwa’ (sebuah kampung yang terletak di antara Mekah dan Madinah)
* Baginda dipelihara oleh Ummu Aiman (hamba perempuan bapa Rasulullah SAW) dan dibiayai oleh kakeknya ‘Abdul Muttalib.

USIA 8 TAHUN
* Kakeknya, ‘Abdul Muttalib pula meninggal dunia.
* Baginda dipelihara pula oleh bapa saudaranya, Abu Talib.

USIA 9 TAHUN (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun).
* Bersama bapa saudaranya, Abu Talib bermusafir ke Syam atas urusan perniagaan.
* Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendita Nasrani bernama Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan tentang pengutusan seorang nabi di kalangan bangsa Arab yang akan lahir pada masa itu.