Thursday, March 22, 2012

Kisah Anak, Bapak dan Keledai

Suatu hari, Bapak dan Anak hendak pergi ke suatu tempat dengan seekor keledai mereka.
Sang Bapak menaikkan anaknya ke atas keledai, sementara dirinya sendiri berjalan kaki menuntun keledai tersebut. Perjalanan pun dimulai.

Belum jauh mereka melakukan perjalanan, mereka mendengar orang2 di sekitar mereka berbisik2 membicarakan mereka berdua.
"Anak kurang ajar.. Bapaknya sudah tua kok dibiarkan berjalan sementara dirinya naik keledai..", begitu kurang lebih yang diungkapkan orang2 ketika melihat mereka lewat.

Merasa melakukan kesalahan, mereka berdua menghentikan perjalanannya sejenak.
Bapak dan Anak bertukar posisi agar tak dibicarakan orang2 lagi.
Sekarang sang Bapak naik keledai dan sang Anak berjalan.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

Belum jauh lagi mereka melanjutkan perjalanan, terdengar kembali bisik2 orang yg melihat mereka lewat.
"Bapak macam apa itu.. Dirinya sendiri enak2an naik keledai, sementara anaknya dibiarkan berjalan.."

Merasa melakukan kesalahan lagi, mereka berdua berhenti dan berpikir.
Lalu mereka memutuskan untuk sama2 menaiki keledai tersebut, kemudian melanjutkan perjalanan.
Lagi2 orang2 di sekitar mereka PROTES,
"Bapak dan Anak yg tidak punya belas kasihan.. Keledai itu kan terlalu kecil untuk ditunggangi oleh mereka berdua.."

Bapak dan Anak berhenti lagi. Kali ini mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja dan membiarkan keledai mereka tidak ditunggangi. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sambil menuntun keledai itu.
Tapi ternyata yg mereka lakukan masih dianggap salah oleh orang lain.

"Dasar bodoh.. Apa Bapak dan Anak itu tidak tahu kalau keledai diciptakan untuk ditunggangi??"

***

Pilihan apapun yg kita ambil dalam hidup dan apapun yg kita lakukan, mungkin akan selalu ada orang2 yg MENGANGGAP itu SALAH.
Takkan ada habisnya jika kita memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap apa yg kita lakukan, karena orang lain akan selalu menemukan celah.
Tak baik pula jika kita hanya memikirkan bagaimana pandangan orang lain tanpa memikirkan bagaimana pandangan Allah terhadap apa yg kita lakukan.

Mungkin tak ada pilihan yg benar, tapi ada pilihan yg bijaksana..
Dan pilihan yang bijaksana adalah yg mendekatkan kita kepada Allah Yang Maha Bijaksana.. :)
Wa Allah a'lam

IN a RUSH

by: Blackstreet
 

It came over me in a rush  
When I realized that I love you so much  
That sometimes I cry, but I can't tell you why Why I feel what I feel inside   

How I try To express what's been troublin' my mind  
But still I can't find the words But I know that something's got a hold of me
 
It came over me in a rush  
When I realized that I love you so much 
That sometimes I cry, but I can't tell you why  
Why I feel what I feel inside
Baby, some day I'll find a way to say  
Just what you mean to me  
But if that day never comes along 
And you don't hear this song, I guess you'll never know that
It came over me in a rush  
When I realized that I love you so much  
That sometimes I cry, but I can't tell you why Why I feel what I'm feelin', feel what I feel inside
 
And when I say inside I mean deep  
You fill my soul and there's something
I can't explain It's over me, 'cause
It came over me in a rush  
When I realized that I love you so much  
That sometimes I cry, but I can't tell you why  
Why I feel what I feel inside
It came over me in a rush  
When I realized that I love you so much  
That sometimes I cry, but I can't tell you why  
Why I feel what I feel inside ... :')

Saturday, March 3, 2012

Karena cinta adalah untuk memberi

Cinta itu indah, karena dia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan lebih berbahagia karenanya.
            Para pecinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi. Terus menerus memberi. Dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin, atau bisa juga jadi pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam kebajikan bahwa setiap satu kebajikan yang kita lakukan selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga.

            Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pecinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dalam siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
           Para pecinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu pula satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
          Bukan hanya itu. Rencana memberi yang terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Seperti pohon tergantung dari siraman air dan cahaya matahari. Itu ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan. Di garis hakikat ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang yang hidup. Karena itu kehidupan yang mereka bangun seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya. Tapi begitu sang pemberi pergi, mereka segera merasakan kehilangan yang menyayat hati. Tiba-tiba ada ruang besar yang kosong tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang.
            Barangkali suatu saat kamu tergoda untuk menguji dirimu sendiri. Apakah kamu seorang pecinta sejati atau pecinta palsu. Caranya sederhana. Simak dulu pesan Umar bin Khattab ini: hanya ada satu dari dua perasaan yang mungkin dirasakan setiap orang pada saat pasangan hidupnya wafat: merasa bebas dari beban hidup atau merasa kehilangan tempat bergantung.
Sekarang bertanyalah pada pasangan hidup anda tanpa dia ketahui: jika aku mati sekarang, apakah kamu akan merasa bebas dari sebuah beban atau akan merasa kehilangan tempat bergantung? Kalau dia merasa kehilangan, maka di langit hatinya akan ada mendung pekat yang mungkin menurunkan hujan air mata yang amat deras. Jika tidak, mungkin senyumnya merekah sambil berharap bahwa kepergianmu akan memberinya kesempatan baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

notes : Jalan Cinta para pejuang