Monday, December 22, 2014

Katanya hari ini hari ibu (23.51) sebelum lewat jam 12 malam...


Ibu Tercinta...Jika dibandingkan dengan perjuangannya selama ini, belumlah cukup kalau kita hanya memberikan puisi kepada seseorang yang sudah berjuang tanpa kenal lelah, kurang tidur, bersabar , dan selalu ingin memberikan yang terbaik buat anak - anaknya, dari mulai sembilan bulan mengandung sampai akhir hayat. Untuk membahagiakan seorang yang sudah sangat berjasa itu tidak harus dengan memberikan harta, kita berahlaq baik juga pasti sudah bahagia. Nah untuk menyambut hari ibu kita berikan kata - kata untuk ibunda tercinta yang sudah dengan ihklas membesarkan dan mendidik kita dari lahir sampai sekarang.

Seandainya kita bahas semua tentang kebaikan dari seorang ibu yang telah melahirkan, membesarkan di sini gak bakalan cukup dan gak bakalan keburu, kebaikan dan kasih sayang selama ini yang sudah kita terima gak bakalan terhitung

ini puisi buat Mama (panggilan gw ke ibu gw)

Ibu..
Perjuanganmu Selama ini
Kasih sayangmu yang tak pernah mati
Tak ada yang pantas untuk kuberi
Untukmu oh ibu..

Ibu..
Tak pernah terbayangkan tanpamu
Kaulah pelita
Kaulah cahaya
Kaulah purnama
Yang selalu menerangi langkahku

Ibu..
Doa,mu
Jasamu
Semua itu untuk anakmu
Terimakasih kuucapkan untuk mu ibu

Monday, December 1, 2014

Ajaklah Suamimu Bunda untuk Bercerita kepada Anak


Mendidik anak tidak hanya tugas utama Ibu semata, melainkan juga tugas ayah. Karena anak adalah amanah dari Allah untuk sebuah keluarga, maka sudah menjadi keharusan bagi ayah dan bunda (orang tua) untuk mendidik anak-anak.
Ada sebuah artikel menarik bagaimana idealnya perbandingan seorang ayah dan ibu dalam berinteraksi dengan anaknya.
Disimak ya..

dr ustdz Hilman Rosyad

“AYAH BISU”

Sebuah tulisan karya Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthiri yang ditulis untuk meraih gelar magister di Universitas Umm al-Quro, Mekah, Fakultas Pendidikan, Konsentrasi Pendidikan Islam dan Perbandingan, mungkin bisa menyemangati para ayah untuk rajin berdialog dengan anak-anaknya.

Judul tulisan ilmiah tersebut adalah:

“Dialog orangtua dengan anak dalam al-Qur’an al-Karim dan aplikasi pendidikannya”

Dari judulnya saja, sudah luar biasa. Dan memang luar biasa isinya.
Menurut tulisan ilmiah tersebut, terdapat 17 dialog (berdasarkan tema) antara orangtua dengan anak dalam al-Qur’an yang tersebar dalam 9 Surat.

Ke-17 dialog tersebut dengan rincian sebagai berikut:
• Dialog antara ayah dengan anaknya (14 kali)
• Dialog antara ibu dan anaknya (2 kali)
• Dialog antara kedua orangtua tanpa nama dengan anaknya (1 kali)
Lihatlah ayah, subhanallah…

Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran. Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa seperti yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, harus dengan komposisi seperti di atas.
Jika kita bandingkan, ternyata dialog antara ayah dengan anaknya, lebih banyak daripada dialog antara ibu dengan anaknya. Jauh lebih banyak. Lebih sering. 14 banding 2!

Kalau hari ini banyak muncul ayah ‘bisu’ dalam rumah, inilah salah satu yang menyebabkan munculnya banyak masalah dalam pendidikan generasi.

Sebagian ayah seringkali kehabisan tema pembicaraan dengan anak-anaknya. Sebagian lagi hanya mampu bicara dengan tarik urat alias marah.

Ada lagi yang diaaamm saja, hampir tidak bisa dibedakan saat sedang sariawan atau memang tidak bisa bicara.

Sementara sebagian lagi, irit energi; bicara seperlunya. Ada juga seorang ayah yang saat dia belum selesai bicara sang anak bisa menyela, “Cukup yah, saya bisa lanjutkan pembicaraan ayah.” Saking rutinitas pembicaraannya yang hanya basa basi dan itu-itu saja.

Jika begitu keadaan para ayah, maka pantas hasil generasi ini jauh dari yang diharapkan oleh peradaban Islam yang akan datang. Para ayah selayaknya segera memaksakan diri untuk membuka mulutnya, menggerakkan lisannya, terus menyampaikan pesannya, kisahnya dan dialognya.
Ayah, kembali ke al-Qur’an..

Dialog lengkap, utuh dan panjang lebar di dalam al-Qur’an, hanya dialog ayah kepada anaknya. Bukan dialog ibu dengan anaknya. Yaitu dialog Luqman dengan anaknya. Sebuah nasehat yang lebih berharga bagi seorang anak dari semua fasilitas dan tabungan yang diberikan kepadanya.
Dengan kajian di atas, kita terhindar dari kesalahan pemahaman. Salah, jika ada yang memahami bahwa dialog ibu tidak penting. Jelas sangat penting sekali dialog seorang ibu dengan anaknya.
Pemahaman yang benar adalah, al-Qur’an seakan ingin menyeru kepada semua ayah: ayah, harus rajin berdialog dengan anak. Lebih sering dibanding ibu yang sehari-hari bersama buah hati kalian.
Dan...

Jangan sampai menjadi seorang ayah bisu!

BY:Sarah binti Halil bin Dakhilallah al-Muthiri.

semoga bisa menjadi perenungan bagi keluarga dan terutama bagi yang masih single, kelak jika memilih suami, pilih lah yang bertanggung jawab

Thursday, November 27, 2014

Tidak Usah Ragu Pakai Kata "Jangan" yaa Bunda, pada Anak-anak Kita... Jika Itu Berbahaya atau Perbuatan Dosa

Dulu (sebenarnya masih sie) didengang-dengungkan pernah digembar-gemborkan jangan sampai menggunakan kata "jangan" kepada anak-anak.
Tapi sekarang katakan jangan jika harus atau suatu perbuatan itu mengandung bahaya atau dosa.. :D :D
Ini Ulasannya


Akhmad S.Psi

Kekeliruan Buku Pendidikan : Mengharamkan Kata “Jangan”
Salah seorang pendidik pernah berkata, “pintu terbesar yang paling mudah dimasuk oleh yahudi adalah yaitu dunia psikologi dan dunia pendidikan.
Karena itulah, berangkat dari hal ini. Kita akan mengupas beberapa “kekeliruan” pada buku-buku pendidikan, seminar, teori pendidikan, dan lainnya.
Saking masifnya sebaran tersebut, kita juga terkadang kesulitan untuk tidak mengucapkan kata Jangan pada anak-anak kita. Terasa mengganjal di benak kita karena bertentangan dengan fitrah manusia apabila dalam kondisi panik dan terjepit akan mengucapkan kata ‘jangan’.
Misalnya saja anak kita sudah akan jatuh ke dalam lubang sumur, tak mungkin dalam waktu yang sepersekian detik akan mengatakan “ayo lebih baik main disini”. Tentu anak kecil tak mengerti makna itu’ dan tentu parahnya anak tak sempat berhenti dan jatuh ke dalam sumur.
Berbeda jika kita secara refleks katakam pada anak kita “jangan nak nanti jatuh, berbahaya…” Sang anak akan kaget dan menghentikan langkahnya.
Sudah menjangkiti beberapa para pendidik muslim, baik para ayah dan ibu, yang tercuci otaknya dan melarang berkata “Jangan” pada anak.
Mari kita lihat, beberapa perkataan-perkataan ‘dalam pendidikan’ tentang larangan mengucapkan kata jangan pada anak.

Diantaranya Ayah Edy, dia mengatakan pada bukunya yang berjudul ‘Ayah Edy Menjawab hal. 30, “..gunakan kata-kata preventif, seperti hati-hati, berhenti, diam di tempat, atau stop. Itu sebabnya kita sebaiknya tidak menggunakan kata ‘jangan’ karena alam bawah sadar manusia tidak merespons dengan cepat kata ‘jangan’.

Pada media online, detik.com, pernah menulis judul artikel ‘Begini Caranya Melarang Anak Tanpa Gunakan Kata ‘Tidak’ atau ‘Jangan’, atau “…Tak usah bingung, untuk melarang anak tak melulu harus dengan kata jangan atau tidak…”
Pada sebuah artikel lain, berjudul, “Mendidik Anak Tanpa Menggunakan Kata JANGAN” tertulis, “Kata ‘jangan’ akan memberikan nuansa negatif dan larangan dari kita sebagai orang tua, maka dari itu coba untuk mengganti dengan kata yang lebih positif dan berikan alasan yang dapat diterima anak…”

Nah, inilah syubhat (keraguan) yang digembar-gemborkan media sekuler dayng merujuk pada psikolog atheis dan Yahudi. Indah nampaknya, tapi di dalamnya terkandung bahaya yang kronis.
Mari kita bahas syubhat yang mereka gelontorkan. Sebelumnya, kalau kita mau teliti, mari kita tanyakan kepada mereka yang melarang kata ‘jangan’, apakah ini punya landasan dalam al-Qur’an dan hadits? Apakah semua ayat di dalam al-Qur’an tidak menggunakan kata “Laa (jangan)”?

Mereka pun mengatakan jangan terlalu sering mengatakan jangan. Sungguh mereka lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”.
Allahu akbar, banyak sekali! Mau dikemanakan ayat-ayat kebenaran ini? Apa mau dibuang? Dan diadopsi dari teori dhoif? Kalau mereka mengatakan kata jangan bukan tindakan preventif (pencegahan), maka kita tanya, apakah Anda mengenal Luqman AL- Hakim?

Dalam Al Quran ada surat Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah ini dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman itu orang yang diberi hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“ walaqod ataina luqmanal hikmah….” . dst)
Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat 13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, JANGANLAH engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.
I
nilah bentuk tindakan preventif yang ada dalam al-Qur’an. Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “ laa ” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqman kepada anaknya, yaitu “laa tusyrik billah”, “fa laa tuthi’humaa”, “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”.
Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”.

Pun demikian dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.

Mengapa Luqmanul Hakim tidak menganti “jangan” dengan “diam/hati-hati”?Karena ini bimbingan Alloh.
Perkataan “jangan” itu mudah dicerna oleh anak, sebagaimana penuturan Luqman Hakim kepada anaknya. Dan perkataan jangan juga positif, tidak negatif. Ini semua bimbingan dari Alloh subhanahu wa ta’ala, bukan teori pendidikan Yahudi.
Adakah pribadi psikolog atau pakar parenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman? Tidak ada.

Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.
Membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar. Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang dalam agama, tetapi karena lebih memilih berdamai.
Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya.

Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut adzab Alloh, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya. Nas alulloha salaman wal afiyah.
Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiatan bertebaran, tidak perhatian lagi dengan amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada lagi minat untuk mendakwahi manusia yang dalam kondisi bersalah, karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”.
Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi “mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.
Itulah sebenar-benar paham liberal, yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan. Jadi, yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal.

Simpan saja AL-Qur’an di lemari paling dalam dan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini.
Astagfirulloh! Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala memberi taufik kepada kita semua..

Penulis : Ummu Hanim

Tuesday, November 25, 2014

SEANDAINYA AYAH / PAPA MAU MENGASUH ANAK KITA BERSAMA

Tidak sedikit dari keluarga-keluarga di Indonesia menyerahkan pengasuhan anak kepada Ibunya saja, bahkan hanya kepada baby siter, atau dibiarkan maen bersama teman-temannya tanpa ada pengasuhan. Cobalah peran ayah lebih ditingkatkan dalam pengasuhan anak-anak, bisa jadi tumbuh kembang anak akan lebih maksimal.


saya mengutip tulisan dari komunitas ayah Edy yang ditulis oleh : ust Bendri

NEGERI TANPA AYAH
by : Ust Bendri Jaisyurrahman (@ajobendri)

1| Jika memiliki anak sudah ngaku-ngaku jadi AYAH, maka sama anehnya dengan orang yang punya bola ngaku-ngaku jadi pemain bola

2| AYAH itu gelar untuk lelaki yg mau dan pandai mengasuh anak bukan sekedar 'membuat' anak

 3| Jika AYAH mau terlibat mengasuh anak bersama ibu, maka separuh permasalahan negeri ini teratasi

4| AYAH yang tugasnya cuma ngasih uang, menyamakan dirinya dengan mesin ATM. Didatangi saat anak butuh saja

5| Akibat hilangnya fungsi tarbiyah dari AYAH, maka banyak AYAH yg tidak tahu kapan anak lelakinya pertama kali mimpi basah

 6| Sementara anak dituntut sholat shubuh padahal ia dalam keadaan junub. Sholatnya tidak sah. Dimana tanggung jawab AYAH ?

 7| Jika ada anak durhaka, tentu ada juga AYAH durhaka. Ini istilah dari umar bin khattab
AYAH durhaka bukan yg bisa dikutuk jadi batu oleh anaknya. Tetapi AYAH yg menuntut anaknya shalih dan shalihah namun tak memberikan hak anak di masa kecilnya

9| AYAH ingin didoakan masuk surga oleh anaknya, tapi tak pernah berdoa untuk anaknya

10| AYAH ingin dimuliakan oleh anaknya tapi tak mau memuliakan anaknya

 11| Negeri ini hampir kehilangan AYAH. Semua pengajar anak di usia dini diisi oleh kaum ibu. Pantaslah negeri kita dicap fatherless country

 12| Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini. Dimana AYAH sang pengajar utama ?

13| Dunia AYAH saat ini hanyalah Kotak. Yakni koran, televisi dan komputer. AYAH malu untuk mengasuh anak apalagi jika masih bayi

14| Banyak anak yg sudah merasa yatim sebelum waktunya sebab AYAH dirasakan tak hadir dalam kehidupannya

15| Semangat quran mengenai pengasuhan justru mengedepankan AYAH sebagai tokoh. Kita kenal Lukman, Ibrahim, Ya'qub, Imron. Mereka adalah contoh AYAH yg peduli

16| Ibnul Qoyyim dalam kitab tuhfatul maudud berkata: Jika terjadi kerusakan pada anak penyebab utamanya adalah AYAH

17| Ingatlah! Seorang anak bernasab kepada AYAHnya bukan ibu. Nasab yg merujuk pada anak menunjukkan kepada siapa Allah meminta pertanggungjawaban kelak

18| Rasulullah yg mulia sejak kecil ditinggal mati oleh AYAHnya. Tapi nilai-nilai keAYAHan tak pernah hilang didapat dari sosok kakek dan pamannya

19| Nabi Ibrahim adalah AYAH yg super sibuk. Jarang pulang. Tapi dia tetap bisa mengasuh anak meski dari jauh. Terbukti 2 anaknya menjadi nabi

20| Generasi sahabat menjadi generasi gemilang karena AYAH amat terlibat dalam mengasuh anak bersama ibu. Mereka digelari umat terbaik.

 21| Di dalam quran ternyata terdapat 17 dialog pengasuhan. 14 diantaranya yaitu antara AYAH dan anak. Ternyata AYAH lebih banyak disebut

22| Mari ajak AYAH untuk terlibat dalam pengasuhan baik di rumah, sekolah dan masjid

23| Harus ada sosokp AYAH yg mau jadi guru TK dan TPA. Agar anak kita belajar kisah Umar yg tegas secara benar dan tepat. Bukan ibu yg berkisah tapi AYAH

24| AYAH pengasuh harus hadir di masjid. Agar anak merasa tentram berlama-lama di dalamnya. Bukan was was atau merasa terancam dengan hardikan

25| Jadikan anak terhormat di masjid. Agar ia menjadi generasi masjid. Dan AYAH yang membantunya merasa nyaman di masjid

26| Ibu memang madrasah pertama seorang anak. Dan AYAH yang menjadi kepala sekolahnya

 27| AYAH kepala sekolah bertugas menentukan visi pengasuhan bagi anak sekaligus
mengevaluasinya. Selain juga membuat nyaman suasana sekolah yakni ibunya

28| Jika AYAH hanya mengurusi TV rusak, keran hilang, genteng bocor di dalam rumah, ini bukan AYAH 'kepala sekolah' tapi AYAH 'penjaga sekolah'

29| Ibarat burung yang punya dua sayap. Anak membutuhkan kedua-duanya untuk terbang tinggi ke angkasa. Kedua sayap itu adalah AYAH dan ibunya

30| Ibu mengasah kepekaan rasa, AYAH memberi makna terhadap logika. Kedua-duanya dibutuhkan oleh anak

31| Jika ibu tak ada, anak jadi kering cinta. Jika AYAH tak ada, anak tak punya kecerdasan logika

32| AYAH mengajarkan anak menjadi pemimpin yg tegas. Ibu membimbingnya menjadi pemimpin yg peduli. Tegas dan peduli itu sikap utama

33| Hak anak adalah mendapatkan pengasuh yg lengkap. AYAH terlibat, ibu apalagi

34| Mari penuhi hak anak untuk melibatkan AYAH dalam pengasuhan. Semoga negeri ini tak lagi kehilangan AYAH

35| Silahkan share jika berkenan agar makin banyak AYAH yang peduli dengan urusan pengasuhan.


copast dari Komunitas ayah edy

Monday, November 24, 2014

Kontrak Kita di Bumi Cuma 1 Setengah Jam Saja Kaka, mau ngapain coba ?


ternyata kita hidup di bumi ini hanya 1,5 jam saja. ini perhitungannya

1 hari di akhirat = 1000 tahun.

24 jam di akhirat = 1000 tahun.

3 jam di akhirat = 125 tahun.

1,5 jam di akhirat = 62,5 tahun.

Apabila umur manusia itu rata-rata 60-70 tahun, maka hidup manusia ini jika dilihat dari langit hanya 1,5 jam saja. Pantaslah kita selalu diingatkan masalah waktu.

Ternyata hanya satu jam setengah saja yang akan menentukan kehidupan abadi kita kelak, hendak di neraka atau di surga (QS 35:15, 4:170)

Cuma satu setengah jam saja cobaan hidup, maka bersabarlah (QS 74:7, 52:48, 39:10)
Demikian juga hanya satu setengah jam saja kita harus menahan hawa nafsu dan mengganti dengan sunnahNya (QS 12:53, 33:38)

"Satu Setengah Jam" sebuah perjuangan teramat singkat dan Allah mengganti dengan surga Allah (QS 9:72, 98:8, 4:114)

Maka berjuanglah mencari bekal untuk perjalanan panjang nanti (QS 59:18, 42:20, 3:148)
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui (QS 23:114)

Semoga bermanfaat bagi kita semua untuk meniti perjalanan hidup kita ini..
Aamiin

Sunday, November 23, 2014

Hidup Makin Sulit Pasca BBM Naik | Kisah Nyata Wanita Tua Penjual Kue Keliling

Hari ini (19/11/2014) sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko. "Bu... beli kue saya... belum laku satupun... kalau saya sudah ada yang laku saya enggak berani ketuk kaca toko ibu..."
Saya persilakan beliau masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.
"Ibu bawa kue apa?"
"Gemblong, getuk, bintul, gembleng bu."
Saya tersenyum... "Saya nanti beli kue ibu... tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat."
Dia mengangguk.
"Kepala saya sakit bu.. pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit, suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksain jualan," katanya sambil memegang keningnya.. air matanya mulai jatuh. saya cuma bisa memberinya sehelai tisu...
"Sekarang makan makin susah bu.... kemarin aja beras gak kebeli... apalagi sekarang... katanya bensin naik.. apa apa serba naik.. saya udah 3 bulan cuma bisa bikin bubur.. kalau masak nasi gak cukup. Hari ini jualan gak laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. Apa apa pada mahal katanya uang belanjanya pada enggak cukup."
"Anak ibu sakit apa?" saya bertanya... "Gak tau ibu..batuknya berdarah..." saya terpana... "Ibu.. ibu harus bawa anak ibu ke puskesmas kan ada BPJS..."
Dia cuma tertunduk.. "Saya bawa anak saya pakai apa bu? gendong gak kuat.. jalannya jauh.. naik ojek gak punya uang..."
"Ini ibu kue bikin sendiri?"
"Enggak bu... ini saya ngambil," jawabnya. Terus ibu penghasilannya dari sini aja? dia mengangguk lemah... berapa ibu dapet setiap hari? gak pasti bu... ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet 4ribu -12 ribu paling banyak. Kali ini air mata saya yang mulai mengalir...... ibu pulang jam berapa jualan? jam 2.. saya gak bisa lama lama bu.. soalnya uangnya buat beli beras.. suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta minta, saya gak mau nyusahin orang.
"Ibu, kue-kue ini tolong ibu bagi-bagi di jalan, ini beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak balik naik ojek bawa anak ibu berobat, ini buat modal ibu jualan sendiri. Ibu sekarang pulang saja.. bawa kurma ini buat pengganjal lapar..."
Ibu itu menangis... dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud tak sepatah katapun keluar lalu dia kembalikan uang saya. "Kalau ibu mau beli.. beli lah kue saya. tapi selebihnya enggak bu... saya malu...."
Saya pegang erat tangannya... "Ibu... ini bukan buat ibu... tapi buat ibu saya... saya melakukan bakti ini untuk ibu saya, agar dia merasa tidak sia sia membesarkan dan mendidik saya... tolong di terima..."
Saya bawa keranjang jualannya... saat itu aku memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi. "Ibu pulang ya..." dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya... "Bu.. saya gak mau kesini lagi... saya malu.... ibu gak doyan kue jualan saya... ibu cuma kasihan sama saya... saya malu...."
Saya cuma bisa tersenyum... "Ibu saya doyan kue jualan ibu, tapi saya kenyang... sementara di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan. sekarang ibu pulang yaa..."
Saya bimbing beliau menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot... beliau terus berurai air mata...

*dari wall fb bu Ernydar Irfan

Bagi yang masih mampu, sedikit kepeulian kepada yang belum mampu minimal dengan doa, apalagi dengan berbagi harta...

Monday, November 10, 2014

Mau Sukses, Belajar dari orang Sukses adalah jalan pintas


Belajar Sukses dari Orang Sukses bukan hal yang tidak mungkin akan membawa kesuksesan pada diri kita. Asumsinya kita melakukan semua step by step yang dilakukan orang sukses tersebut.

Ini adalah Karakter dan Prinsip Hidup Steve Jobs (CEO Apple), mungkin bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, agar nantinya mudah-mudahan walopun tidak sesukses Steve Jobs, minimal sukses untuk kepuasan kita dalam meraihnya bisa kita rasakan :D

1. KESEDERHANAAN
Siapa yang tdk kenal Apple? Apple memiliki banyak penggemar fanatik krn produk ini SEDERHANA, elegan dan user yang friendly.
Jobs mjdkn kesederhanaan sbg senjata dlm membawa perusahaan meraih byk kesuksesan. Saat menjabat CEO Apple, Jobs menyederhanakan lini produknya mjd 4 saja, yaitu : Professional, Home Consumer, Laptop dan Desktop.

2. TABAH dan KUAT
Steve Jobs adl inspirasi yang Luar Biasa. Dia berjuang melawan kanker pankreas selama 7 tahun (kebanyakan org hny bertahan 1th) namun tetap Berjuang menginovasi produk2 Apple agar merajai dunia.

3. PIAWAI BERNEGOSIASI
Kesepakatan Apple dengan AT&T merupakan bukti kepiawaiannya dlm bernegosiasi. Jobs mampu meyakinkan orang lain karena dirinya sendiri sudah memahami secara detail mengenai desain produknya, mulai dari kelebihan hingga kekurangannya.
Ketika memulai negosiasi dg AT&T tdk seorang pun dr Apple yang percaya bahwa AT&T akan menyetujui idenya kecuali Jobs sendiri. Jobs berhasil.

4. KREATIF
Tahun 2010 adl tahun yang luar biasa bagi Steve Jobs sbg CEO Apple, lantarn ia mengeluarkan byk sekali inovasi2 baru. Yang terbesar pada 7 Januari 2010, Peluncuran iPad dan Tablet Apple berbasis iOS.
Selain merancang produk jobs juga merancang iklan yang menyatakan iPad sbg produk revolusioner dr dunia komputer. Shg dlm 1 bln iPad terjual 15 ribu buah.

5. GREAT PLANNER
Daya Kreativitas dan Inovasi Tinggi Steve Jobs adl buah dr KEMAMPUAN MERENCANAKAN sesuatu dg sempurna.
Jobs seolah mampu melihat masa depan dlm bbrp titik kehidupannya.
Jobs memiliki visi besar sehingga mengubah Apple dari perusahaan komputer dg pasar spesifik (niche market) mjd sebuah perusahaan komputer, eletronik dan musik RAKSASA.

Salam sukses

Friday, November 7, 2014

SIAPA IDOLA MU ?

Sosok ayah kita mungkin bisa menjadi tokoh idola ketiga setelah rasulullah dan para sahabat. Tentu saja ayah yang baik

"Idola"
Sosok Ayah.

Bagaimana gambaran sosok ayah yang baik di rumah. Pasti setiap teman di sini punya kisah masing-masing tentang ayah yang hebat.

Ingin berbagi sekelumit kisah tentang dua orang laki-laki ini, Seorang laki-laki dewasa dan anaknya. Mereka bersama berjanji meraih surga, subhanallah janji yg sangat indah. Sudahkah kita punya mimpi janjian ketemu di surga dengan anak-anak kita?

Taukah ayah, dirimu adalah idola bagi anak-anakmu. Entah berapa kali mereka menanyakan tentang jam, hanya ingin.memastikan tidak mau tidur sebelum melihat wajahmu. Wajah sang idola. Yang kadang mau bermain sebagai kuda, anak-anakmu main di punggungmu, yang kadang mereka rindu suaramu yg menirukan suara hewan-hewan saat membaca buku. Kadang mereka membandingkanku dengan mu, Ketika aku mulai di selubungi emosi, "enakan sama ayah, ga pernah di omelin", karena mereka memang benar-benar mendengarkan nasehatmu. Betapa mereka merindukanmu, selalu. Dan kadang mereka ingin menjadi sepertimu, yang pandai membaca AlQuran dan mau salat berjamaah. Mereka peniru yang ulung ayah. Dan mereka calon penerusmu, Kelak mereka akan.menjadi ayah yg baik, yang sayang dan bertanggungjawab terhadap keluarganya. Didiklah dia, tempalah dia dengan nasehat yg indah dan bekalilah dia dengan akhlaq dan aqidah yang telah Rasulullah contohkan.
Menjadi ayah harus kuat, fisik dan mentalnya, tanggungjawabnya sungguh luar biasa. Bila seorang ayah harus bekerja meninggalkan rumah, menempuh jarak yang cukup jauh, Tanggerang - Depok berangkat pagi pulang malam, dan masih banyak segudang aktivitas pengasuhan di rumah, seperti mendengar murojaah sang anak dan membacakan kisah Rasulullah, hanya cuma ingin bergumul dengan anak-anaknya, ingin dekat, ingin janji ke surganya selalu jadi tujuan utama. Cuma ingin ridho Allah, lelah yg di rasa selama perjalanan yang di tempuh dengan motor tak akan di rasanya, gambaran surga sudah jelas, hanya bagi siapa saja yang mau berlelah payah di dunia, maka azzam ayah dan anak ini begitu bulat.

Siapa yang tak capek, harus bangun jam 4, bacain buku favorit anaknya, MuTe, murojaah lagi dan bersiap ke kantor sebelum meraih tangan anaknya untuk berdua ke masjid, hanya ikut berjamaah salat subuh di masjid. Mereka sama-sama lelah, namun ketika lelah menghampirinya, sekali lagi mereka terbangun, karena ada gambaran surga yang indah.
Wahai para ayah, kami tau lelahmu berkali lipat dari lelah kami yang mengurus rumah, namun jangan biarkan anak-anakmu lalai berjamaah salat subuh. Lelah leleah kita di dunia akan di ganti dengan keindahan surga, sambutlah hadiah terindah dari Allah, surga.
Raih tangan kecil anak laki-lakimu agar mereka mau melakukan salat subuh berjamaah di masjid. Raih tangan kecil anakmu, yang haus belaian kasihmu setelah beberapa lama menunggu kepulanganmu di rumah.

Mari bersama kita tetapkan tujuan untuk mendapatkan surgaNya

Oleh Hilmiyatil Alifah

Semoga Para Calon ayah dapat menjadi ayah-ayah idola

Tips Menjaga Hubungan Suami Istri Tetap Harmonis Bagian 1

Ya secara saya nikah gitu kan, jadi nyari-nyari artikel ginian buat memperdalam ilmu rumah tangga dan bisa sekalian share ke para pembaca  :)
ini beberapa Tips Menjaga Hubungan Suami Istri agar tetap Harmonis

1. Berupaya saling mengenal dan memahami satu sama lain

Perbedaan lingkungan dan kondisi tempat suami atau istri tumbuh sangat berpengaruh dalam pembentukan ragam selera, perilaku, dan sikap yang berlainan pada setiap pihak dari yang lain. Hal itu merupakan kewajiban setiap pasutri untuk memahami keadaan ini dan berusaha mengetahui serta mengenal pihak lain yang menjadi pasangan hidupnya. Mereka juga harus mengetahui semua hal yang berkaitan dengan situasi kehidupan yang mempengaruhi, sehingga dapat maju ke depan dan mewujudkan keharmonisan.

2. Perasaan timbal-balik

Suami dan istri adalah partner dalam satu kehidupan yang direkatkan dalam tali pernikahan; satu ikatan suci yang mempertemukan keduanya. Tak pelak lagi, keduanya harus berbagi suka-duka; membagi kesedihan dan kegembiraan bersama. Keduanya saling berkelindan untuk menyongsong satu cita-cita luhur yaitu mewujudkan tatanan kehidupan berdasarkan aturan Allah dan Rasul-Nya. Untuk memupuk kasih sayang di masing-masing pihak, suami membutuhkan cinta istri, dan istri pun membutuhkan cinta suami.
…Suami dan istri harus berbagi suka-duka, membagi kesedihan dan kegembiraan bersama

3. Setiap pihak harus hormat

Ketika suami atau istri memasuki rumahnya, maka dia layak mendapatkan penghormatan dan apresiasi dari pasangannya. Hal itu bertujuan untuk menjaga harkat dan mengangkat prestise pasutri, sehingga masing-masing merasa nyaman untuk membangun rumah tangga harmonis. Dalam hal ini, sudah menjadi kewajiban pasutri untuk mencari poin-poin positif yang dimiliki masing-masing untuk digunakan sebagai penopang sikap saling menghormati.

4. Berusaha menyenangkan pasangannya

Dalam kehidupan keluarga, bahkan dalam kehidupan sosial secara general, jika seseorang berusaha mengedepankan dan mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri, maka berarti dia telah menanam benih-benih cinta dan kedekatan kepada semua orang di sekelilingnya.
Dengan demikian, setiap pasutri disarankan untuk senantiasa menyenangkan pasangannya, dan mendahulukan serta mengutamakannya dari dirinya sendiri, demi memperkukuh ikatan cinta kasih di antara keduanya. Pasalnya, ketika suami melihat istri membaktikan diri untuk menyenangkan dirinya, tentunya dia akan melakukan sesuatu yang bisa membuat senang dan gembira hati istri. Hal itu dilakukannya untuk membalas kebaikan istrinya, atau setidaknya sebagai pengakuan atas kebaikan tersebut.

5. Mengatasi Persoalan Bersama

Pernikahan merupakan bentuk relasi partnership dan partisipasi. Partnership yang berdiri di atas landasan kesamaan tujuan, cita-cita, sikap, intuisi dan perasaan, serta kolaborasi dan solidaritas dalam memecahkan setiap persoalan. Setiap masalah yang timbul dalam kehidupan suami-istri, maka masalah itu dilihat sebagai suatu kecemasan kolektif.

…Setiap masalah yang timbul dalam kehidupan suami-istri, harus dipandang sebagai suatu kecemasan kolektif…

Paradigma demikian memicu suami agar berusaha bekerja keras dalam rangka memberikan kehidupan mulia bagi istri dan anak-anaknya. Pun demikian, istri akan berusaha menjalankan urusan rumah tangga sesuai prosedur yang disepakati bersama. Upaya yang dilakukan oleh suami dan istri tersebut merupakan solusi untuk memecahkan masalah bersama. Pun demikian, baik suami maupun istri tidak perlu menyembunyikan problemnya, bahkan diperlukan kejujuran dan transparansi demi menumbuhkan benih-benih kepercayaan dan saling pengertian, sehingga mudah menemukan solusi. Bisa jadi, permasalahan memiliki dampak positif untuk meneguhkan ikatan suami-istri agar dapat meningkatkan kebijaksanaan dalam rumahtangga.

Ada yang bilang Menikah itu ga enak ...?? Saya setuju dengan statement itu ...

Ada yang mengatakan menikah itu ga enak. Ada yang setuju ? sya setuju banget dg statement itu,, menikah tuh ga enak, tapi enak banget.. hihihi... buktinya nih dah nikah statusisasi aq.. aqh aqh aqh :D

Kalau wanita di pilih jadi pendamping, oouuuuwww senangnya ga kepalang. Eh beneran deh. Hati wanita itu kan mudah tersentuh. ***tapi jangan sesekali main-mainin perasaanya, bisa gaswat darurat..
Siapa bilang wanita itu ribet. Ga kok. Mereka itu butuh di dengar, butuh diperhatikan, butuh di tanyain kabar, udah itu aja--- jangan disalahguanakan untuk pedekate tapi cuma untuk main-main yah. Bahaya!!!


Bila lelaki shalih menikah dg wanita shalihah. Maka mereka akan saling menghargai. Yg tadinya biasa beli baju mahal, sekarang akan nuruni standardnya karena uang belanja dr suami cukup untuk beli yg biasa. Tapi suami yg baik, juga ga enak, pasti mikirnya wah gara-garauang belanja dikit, istriku belanja bajunya g sering dan bajunya murah. Baiklah, aku akan bekerja yg lebih giat lagi supaya aku bisa belikan istri baju yg disukainya itu.
Oowh sikap demikian lebih indah daripada menuntut untuk ingin di mengerti. Ingat, sikap ingin di mengerti ini cikal bakal sikap egois. So, masih mau di piara? Kalau ga, hayuuk di perbaiki lagi niatnya nikah mau ngapain aja

Wanita shalihah dg rela ngikut suami, kalaupun harus ngontrak di rumah petak, mereka ga akan cuap cuap ingin tinggal di rumah gede. Mereka akan tahan keinginanya dalam doa. Dalam sujud. Dan laki-laki shaluh juga ga akan diam begitu saja, mereka juga akan berusaha meningkatkan kualitas hidup anak-istrinya. Jadi, sabar itu modal. Dan kalau kita hidup banyakan dongak, liat ke atas mulu, leher pegel. Tapi kalau pandangan lurus ke depan, suatu saat mimpi itu akan bisa di raih.

Buat hidup kita ini wajar. Baru nikah, belum punya rumah, anggap aja wajar. Belum punya kendaraan bermotor, anggap aja wajar. Lah, kan baru belajar hidup berumahtangga. Jadi wajar harus banyak belajar jadi penumpang angkot/ojeg/bis/CL yg baik. Belajar jd pengontrak rumah yg baik, ikut ngejaga rumah kontrakan supaya selalu bersih. Siapa tau kelak jd juragan kontrakan atau punya usaha angkutan umum.

Lain lagi kalau baru nikah suami udah punya rumah sendiri, mobil sendiri dan pekerjaan mapan. Nah belajarnya bersyukurlah dan jangan takabur.
Menikah itu butuh banyak saling memahami, belajar toleran ke pasangan, dan pada akhirnya menjadi penyejuk mata. Udah itu aja

Urusan yg bikin jadi masalah, mungkin komunikasinya aja yg g nyambung. Masakan kurang garam bisa jadi masalah kalau suami kurang pandai memuji istri. Bisa jadi kalau suami salah bilang, ooowh besok g jadi di masakin lagi, terus mau di sodorin piring kosong gitu. Nah looh  hati-hati yak, kalau bikin sewot menteri pangan dan gizi di rumah.
Menikah itu indah. Mau coba menikah?

(by bunda Hilmiyatil Alifah)

Masih ada yg bilang menikah itu ga enak ??  :D

Thursday, November 6, 2014

Oki Setyadewi Mau melahirkan, apa ya persiapan2 nya?? :D



Mungkin ada yang masih ingat Pemeran utama Film islami "Ketika Cinta Bertasbih" bukan Cinta AADC (Khawatir ada gambar cover AADC, jadi ingat cinta yg itu) yang bertasbih yaa, tapi Oki Setiana Dewi, dalam film tsb berperan sebagai Anna Althufunissa (mudah2an ga salah eja nama)..
Ini nie persiapan nya sebelum melahirkan bayi...

Melihat beberapa persiapan bunda Oki dan suami, subhanallah mereka tak melupakan buku sebagai satu hal yg wajib dihadirkan untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Bahkan jauuh sebelum sang baby lahir, sejak di dalam rahim sudah mulai di bacakan
Ohhh, betapa bahagianya melihat usaha yg di lakukan pasangan yg berbahagia ini, sevisi untuk mempersiapkan generasi yg cemerlang.
Bunda Oki sudah berinvestasi buku untuk di bacakan mulai sejak dini untuk buah hati yg di nanti.
Mempersiapkan generasi cemerlang tidak di lakukan secara instan, sangat setuju dengan langkah bunda Oki yg sedang mempersiapkan calon pemimpin yg hebat, salah satunya dengan membacakan buah hatinya buku-buku yg berkualitas
Bagi calon bunda yg juga menantikan hadirnya sang buah hati, yuuk bacakan janin yg ada di rahim dengan buku-buku dan semoga selalu sehat agar siap menyambut kehadiran buah hati kita..

oleh Hilmiyatil Alifah

Ini llloh resep rendang mba-ba, bu ibu...


Saya sekedar ingin berbagi info tentang masakan, karena baru saja resmi mendapat status menikah, rasanya lagi semangat-semangat untuk saya latihan memasak  :D
Kali ini ingin mencoba resep rendang daging sapi (mirip2 masakan padang laah, ;) )

sebenarnya kalo sudah menikmati kelezatan masakan rendang daging sapi khas padang kadang membuat saya selalu ingin nambah terutama saat makan di rumah makan padang. Tetapi niat tersebut terkadang harus diurungkan (..malu). Nah sekarang buat yang mengalami hal yang sama, kenapa tidak mencoba membuat rendang sendiri ? Sehingga bisa puas menikmati enaknya rendang asli khas padang, hehe

Rendang daging sapi asli padang dalam hal ini resep membuat masakan rendang daging dapat ditemukan dengan mudah saat berselancar di Internet, salah satunya adalah blog kami ini. Selanjutnya untuk bahan dan bumbu rendang daging bisa disesuaikan sesuai kebutuhan, maklum saat ini harga daging sapi cukup tinggi :) Buat yang berkunjung ke blog info resep, silahkan dicek resep dan cara membuat rendang daging sapi yang kami tampilkan ini

Bahan-bahan rendang :
1 kilogram daging sapi segar dan tanpa lemak lebih baik
10 gelas santan kelapa tua, ± 3 buah kelapa

Bumbu-bumbu rendang daging sapi :
2 lembar daun kunyit, buat simpul
2 lembar daun jeruk purut, tulang daunnya dibuang
2 buah asam kandis
1 batang serai, dimemarkan / digeprek
Garam dapur, secukupnya

Bumbu rendang (dihaluskan) :
100 gram cabe merah giling, bisa juga menggunakan cabe utuh hanya perlu proses
13 siung bawang merah
8 siung bawang putih
4 buah kemiri
1 centimeter jahe
1½ centimeter laos, digeprek / dimemarkan

Cara Membuat Rendang Daging Sapi
Bersihkan terlebih dahulu kemudian potong-potong daging sapi tanpa lemak sesuai selera / kebutuhan. sisihkan
Rebuslah santan dalam wajan menggunakan api sedang, masukkan pula bumbu yang telah dihaluskan, daun jeruk, daun kunyit dan asam kandis
Rebusan santan dan bumbu tersebut tetap diaduk agar tidak pecah hingga mengental
Setelah rebusan mengeluarkan minyak, masukkan daging sapi yang telah dpotong-potong
Terakhir dan merupakan bagian inti : aduk dan diaduk terus, jangan sampai berhenti hingga bumbu rendang agak mengering dan berwarna kecoklatan dan daging empuk
Angkat dan siap disajikan

Nikmati rendang sapi khas padang dengan nasi hangat dan sambal cabe hijau, dan jangan lupa sayuran yg banyak guna mengimbangi efek kolesterol daging. Ups.. selamat mencoba membuat rendang resep daging sapi...

sukses yaa  :D

Buku Gudang Ilmu, klo Google gudang apa dong ?? :D | Hello World

Bacakan anak2 kita buku bunda ...  :)

Menghimbau tanpa bosan dan semoga tiada rasa bosan dari kawan-kawan yg membaca postingan saya terkait dengan buku.
."Bacain mereka bu? Haduuuh, urusan rumahku aja belum selesai, mau bacain mereka buku? Tidaak - tidak, waktuku habis nanti, rumahku ga akan pernah rapi nanti, kalau aku invest buku yg seabreg ituh!!!!"

"Bacain mereka buku? Yang bener aja, cicilan rumah, mobil, perabot belum juga beres dan menenangkanku, malah aku di suruh-suruh bacain mereka buku. Tidaaak-tidaak, nambah pusing aku aja melihat buku yg tebel itu!!!!!"

"Bacain mereka buku? Hei, ga tau yah capeknya aku, seharian gelantungan, berdesakan, belum lagi di omelin bos, haduuuuh, sana-sana jauuh-jauuh yah, daripada bikin esmosi aku aja, ga sempet bacain kalau sekarang tapi nanti aja ya. Lagian apa ngaruhnya siy??? Toh mereka sudah sekolah di tempat yg mahal, aku bayar guru yg hebat, mau apa lagi siyyyy!!!!!"

Anak-anak hanya mau di perhatikan. Di dengar. Di ajak ngobrol, sharing pengalaman dengan kawan-kawannya. Cuma ingin bareng-bareng dengan kita. Pengen di ajak becanda. Pengen di mengerti. Pengen di tanya ttg cerita yg mereka gambar, pengen deket-deket kita. Orangtua mereka.
"Tapiiii, bisaa kan tanpa buku"

Bisa sebenarnya. Namun, dengan buku cara-cara pedekate kita, ide-ide kita bisa terbantu untu menyenangkan mereka. Tidak hanya itu, mereka juga bisa belajar banyak hal dari buku yg akan kita bacakan. Selain membangun kedekatan dengan anak-anak, buku memberikan manfaat lain. Ilmu
Dan amal yg tak akan pernah putus, ilmu yg bermanfaat.

Kenangan yang tak kan terhapus saat kita membacakan mereka buku tentang banyak hal. Sistem otak mereka akan menyimpannya, suatu saat, kelak atau dalam masa yg tidak akan lama, memori itu akan hadir ketika mereka butuhkan.
Membutuhkan usaha yg tak sedikit memang, karena semua itu akan menguras tenaga, waktu dan mungkin budget, namun ketika kita merasakan manfaat yg berbeda. Membandingkannya bila anak tidak kita bacakan, tidak kita dekati. Bagaimana rasanya, pilih yang mana? Membiarkan mereka tumbuh tanpa kita mengenal mereka atau sampai tak tau warna kesukaannya sekarang atau memilih untuk dejat dengan anak-anak, diskusi tentang isi buku???

Setiap detik mereka tumbuh, namun kadangkala kita tak dapat menyaksikannya. Setiap menit mereka bisa berubah, kadangkala kita tak di sisinya. Setiap jam mereka bisa melakukan apa saja, kadangkala kita masih belum bisa optimal berada di sisinya.
Namun, ada waktu tertentu yg bisa kita optimalkan untuk mendengarkan mereka. Untuk melebur dengan mereka, menjadi teman baiknya. Menjaga dan memastikan mereka berada pada jalur yg senantiasa dj ridhoi Allah adalah hal yg tak bisa kita lewatkan.

Mengingatkannya pada jadwal salat, tanpa kita bekalu mereka ilmu salat, kadangkala masih menyisakan tanya, kenapa aku salat??? Mengingatkannya untuk berpuasa, kadang masih berat, kenapa aku puasa? Jelas sekali, bahwa kehadiran kita sebagai orangtuanya tak hanya wajib menyekolahkannya saja, tak hanya mencukupi kebutuhan jasmaninya saja.
Bacakanlah ayat, bacakanlah buku yg menjelaskan kenapa dan apa yg harus dilakukan seirang hamba Allah. Ummat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam agar hidupnya selamat dunia akhirat.
Maka perintah pertama Allah untuk RasululNya. Iqro

Masihkan kita membantah perintahNya... Iqro (bacalah)

oleh bunda Hilmiyatil Alifah

Wednesday, November 5, 2014

Barangkali Bunda Lupa Hak Utama Anak Bunda ?? mungkin ini dapat mengingatkan Ayah dan Bunda yaaa

beberapa hari lalu saya membaca share dari rekan teman saya, sangat menyentuh. Jadi was was mungkin bagi yg sudah memiliki buah hati. Dan jadi pengingat saya pribadi karena saya baru saja menikah (alhamdulillah ya sesuatu banget, cetar membahana) xixixi


ini dia, langsung aja kita ke TKP

"Ada hak anak yg tak boleh kita tunda mil" nasehat sahabat yg selalu ku ingat.
Hmmm, Hak anak. Rasanya kita semua paham dengan hal yg berkaitan dg urusan hak anak. Tapi bila kita menyadarinya, maka kita akan sibuk mencari apakah pola asuh kita di rumah sudah memang seutuhnya memberikan hak anak???
Berat juga yah. Karena yg harus kita sadari, pertama akan tiba suatu masa untuk di pertanggungjawabkan dg pola asuh kita. Mari kita hadirkan rasa ada yg Mengawasi kita, ada yg menyaksikan kita, dan Dialah Allah yg Maha Melihat.
Anak-anak adalah amanah dari Allah, bukan sebagai titipan biasa. Ada hak dan kewajiban yg harus kita sadari dan ingat baik-baik. Anak-anak yg lahir dari rahim seorang ibu, sesungguhnya sudah menyandang hak: untuk kita kenalkan pada siapa mereka bersujud, kepada siapa mereka merujuk?
Memperlakukan mereka, bukan seperti kita menitipkan sandal pada marbot di sebuah masjid dan suatu saat kita mau akan kita ambil sandal itu. "Pak, saya titip sandal, tolong di jaga baik-baik, nanti ketika saya selesai salatnya, saya boleh mengambilnya lagi?"
Anak-anak kita ajak ke masjid, kita salat di masjid namun membiarkan mereka tak salat, dg alasan ahh masih kecil, belum waktunya salat, dg sadar kita membiarkan mereka lolos dari pengenalan konsep belajar salat dari sejak dini.
Memperlakukan mereka bukan saja memilihkan sekolah yg bagus, namun di rumah mereka tak mendapat tauladan dari kita, orangtuanya? Di sekolah dibiasakan menghafal di rumah kita sodorin tv kabel, agar mereka tak mengganggu aktifitas kita. Agar mereka menjadi anak pasif yg tak berkutik ketika sorotan gambar mengacaukan mata dan pikirannya. Di rumah tivi non stop daripada mendengar mereka murojaah?? Di rumah tak pernah kita perdengarkan bacaan AlQuran dari ayah dan bundanya.
Bagaimana anak-anak meneladani orangtuanya, bila dalam kesehariannya tak pernah di temukan olehnya pendidikan yg di sebut madrasah pertamaya?
Kita bebaskan mereka bermain yg tak terarah. Tak kita kenalkan hak dan kewajibannya sebagai khalifah di bumi. Tak pernah kita sentuh sisi sosialnya untuk peduli dg kisah orang lain di sekitarnya. Mau jadi apa kelak bila begini terus?
Lanjuuut yah
"Bapak dan ibu, saya akan titipkan anak-anak saya disini belajar tentang agama dan lain-lainnya ya. Bila suatu saat nanti mereka sudah lulus dari sekolah ini, bolehkah mereka pulang ke rumah kami?"
Tak ada yg menjamin bahwa mereka anak-anak akan betah atau merindukan rumah, bila masa kecilnya tak ada yg menjadi kenangan manis salat berjamaah dimaajid dg ayah, belajar membaca dengan ibu. Membuat dan makan kue buatan ibu. Belajar bersepeda dg ayah. Bila kita tak mengisinya dg sentuhan hati, bagaimana mereka belajar mengenal hati yg rindu?
Mendidik anak bukan sekadar memberikan makanan yg mahal dan bergizi, pakaian serta hunian yg indah, ada hal yg menjadi hak anak, kehangatan dari penghuninya.
Terimakasih kawan yg telah mengingatkan kami. Sungguh kami meyakini masa dimana akan datang waktu mempertanggungjawabkan pendidikan anak-anak kami. Semoga kita tidak termasuk golongan yg melalaikan hak-hak anak. Aamiin

tulisan bunda Hilmiyatil Alifah... ahh, menyentil sekali... jadi merinding bacanya..
Semoga para pembaca tidak melupakan Hak Anak nya yaa.. dan bagi yang belum memiliki anak, diingat baik-baik Hak Utama Anak Anda..

salam

Tuesday, November 4, 2014

SELF DISCIPLINE | DISIPLIN DIRI SENDIRI | MENTAL JUARA | PENDIDIKAN ANAK | ENTREPRENEUR Bagian 3 habis



Dibagian terakhir (loh, kapan bagian awalnya??) ini kita membicarakan yang masih hangat atau bahkan masih ramai dibicarakan di media dan sosmed. Bliau adalah Bu Susi yang saat ini menjabat Menteri Kelautan NKRI.
Semoga kebenaran hakiki menetap di bu Susi menteri kelautan kita.. amin..
Dan semoga yang membaca, dapat mengambil nilai-nilai super tsb.. amin

Metakognisi Susi
Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena "sekolahnya". Beruntung,
banyak juga yang membelanya.
Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah "self driver" sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?
Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi "passenger", ayah Susi justru marah besar.
Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.
Saat saya mengirim mahasiswa pergi "melihat pasar" keluar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara.

Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).
Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan
tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup,
yang nilainya lebih tinggi.
Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.
Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.

Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting dibalik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal.
Kemampuan bergerak, berinisiatif, self discipline, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari "pintu" adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang produktif.
Manusia itu belajar untuk membuat diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian.

Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif. Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang
bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping.

Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.

Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa
yang kita ucapkan dalam kesaharian kita juga akan
membentuk mereka, dan masa depan mereka.

dikutip dari :

Prof Rhenald Kasali
Senin, 3 November 2014 (@Rhenald_Kasali)
KOMPAS.com


Semoga bermanfaat yaa... cukup menggetarkan jiwa ga sie?? klo bagi saya ini cambuk hati dan jiwa, semoga kita bisa memulai (bagi yang sadar blum mulai), mempertahankan (bagi yg sudah menjalani), dan meningkatkan kemampuan (bagi yg sudah lama menjalani).. 

SELF DISCIPLINE | DISPILIN DIRI SENDIRI | MENTAL JUARA | PENDIDIKAN ANAK | ENTREPRENEUR Bagian 2



Hai semua, para pembaca, semoga ga bosan dengan apa yang disampaikan yaaa  :D
Ini sambungan dari tulisan Prof dari UI. Kali ini kita bukan akan membicarakan film AADC yaaa, tapi karena gambar tersebut cukup familiar, jadi bisa fresh dalam ingatan kita mengenai sosok yang akan dibicarakan, dia adalah mba Dian Sastrowardoyo smoga bermanfaat dan bisa diambil nilainya..  Nama penjanganya mba Diandra Paramitha Sastrowardoyo
cekidot yaa  :D

Mba Dian Sastro
Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima
di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?
Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang
cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap
saya: "no bargain on process and quality".

Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: self discipline. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.
Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari
MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.
"Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar:
kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidakoutstanding," ujarnya. Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. "Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa," ujarnya.
Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia
belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia
juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri.
"Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya," ujarnya.
Itulah mental kejuangan, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai kemampuan nonkognisi.
Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula,
yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1
Dian amat berjauhan: filsafat..

Nah bagaimana pemirsa, mengharabiru kan? sangat amejing cetar membahana.. tingkat dewa lah.. hahaha (#lebaymodeOn)

Sekali lagi smoga bisa diambil manfaatnya, saya melihat saat itu orang-orang begitu ramai membicarakan sosok ini, dan pas nie, dikasih share-an Prof. dari UI tsb. Ya kita doakan saja mba Dian menjadi orang yg taat beragama, mengingat termasuk Mualaf...amiin

SELF DISCIPLINE | DISIPLIN DIRI SENDIRI | MENTAL JUARA | PENDIDIKAN ANAK | ENTREPRENEUR | Bagian 1



Terimakasih sudah mau membaca tulisan saya.
Saya dapat share-an dari seorang rekan, disaat kami sedang mendiskusikan tentang training dan pembuatan buku, harapannya sie bisa buat dipelajari dimasa yang akan datang.
Tulisan yang dishare ini dikutip dari sebuah harian online. Ditulis oleh seorang Profesor dari UI, mungkin klo disebutkan namanya, para pembaca langsung mengenal namanya, namun saya tidak ingin menyebutkan di bagian 1 dari tulisannya. Nanti di bagian ketiga, akan saya tulis kutipan atas namanya.. Oke!!!  disimak yaa  :D :D

Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini:
Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo.
Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru belajar.
Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai.
Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa, saya kurang tahu persis.
☑Mooryati Soedibyo.
Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun,
berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins,
dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan? Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain:
self discipline.
Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.Memang ia tampak sedikit kewalahan "bersaing" dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui, kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.
Teman-teman belajarnya bersaksi: "Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi."
Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.
Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin
melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4
tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D’aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.
Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang
yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia "diluluskan" dengan bantuan, "sekolahnya hanya dua tahun", dan seterusnya.
Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini
berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa.fasilitas. Perusahaannya juga go public.
Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja
tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.

Bersambung ya pembaca.... (yaaa penonton kecewaaa...  :D)
inshaAllah ditulisan berikutnya (y)

Wednesday, October 29, 2014

Sihir Media | Psikologi | Pendidikan Anak | Mental Juara

Hati-hati dengan sihir media, ditelaah, difilter, dicari tau lagi sumbernya, dan terutama bagi anak2 kita jika terlalu sering di depan televisi, perlu didampingi orangtua saat menonton..


Media itu seperti tukang-tukang sihir Fir'aun. Mereka bisa merubah kayu menjadi "seolah-olah" ular, bisa merubah hitam menjadi putih, dsb.

Waspadalah terhadap sihir media, obyeknya bisa berubah dari A ke B ketika si A sudah mulai hilang tuah sihirnya..

Hanya orang-orang yang memiliki prinsip yang kuatlah yang tak mudah terbawa arus sihir media. Waspadalah!!
Semoga segera datang "Musa" yang akan meluluh-lantakkan sihir-sihir tukang sihir "Fir'aun" dari muka bumi ini dengan "mukjizat" tongkat ular besarnya. amiin

dari pa Arief Munandar Djaiman.

Ini ya klo sekuler sekuler murni dong, malah sekuler inlander... kebablasan klo gitu mah

Ada Artikel menarik dari seorang bernama mas Akmal...dalam tulisannya, beliau menulis begini...



"Saya ingin bahas soal fenomena sekuler inlander. Ini fenomena yang sudah cukup lama saya perhatikan. Sekuler inlander itu ya sifatnya orang-orang sekuler bermental inlander. Kampungan, gitu deh kurang lebihnya. Walaupun saya anti sekali dengan sekularisme, tapi banyak orang sekuler yang msh bisa dihormati. Kalau sekuler inlander sih nggak.

Yang namanya sekuler inlander itu ya pelakunya adalah orang-orang bermental inlander yang jadi sekuler karena ikut-ikutan. Indonesia, karena pernah dijajah, juga banyak diisi oleh kaum sekuler inlander ini.

OK, supaya lebih jelas, kita langsung masuk ke contoh kasus ya. Dalam hal ini saya ingin jadikan dialektika seputar Bu Menteri Susi dan rokoknya. Dialektikanya, bukan rokoknya! Dari perspektif orang-orang beriman, kasus ini sebenarnya telah menunjukkan kegamangan sekularisme. Bagaimana sekularisme menyikapi kebiasan merokok? Dalam hal ini, biasanya ya dianggap sebagai pilihan masing-masing. Bagi orang-orang sekuler, kita tidak perlu mengurusi kebiasaan orang lain. Jangankan merokok, mabuk dan zina pun dibiarkan. Tapi pada akhirnya, sekularisme mentok juga. Tidak segala hal bisa dianggap urusan privat seseorang.

Di negara-negara sekuler, sudah biasa orang mengkritik pejabat publik yang memperlihatkan kebiasaan buruk. Obama dikritik karena merokok, padahal nggak pernah terlihat merokok di depan publik (http://theweek.com/article/index/200270/why-is-obama-still-smoking). Demikian pula minum bir, misalnya. Orang Barat biasa minum bir, tapi pejabat publik pas disorot kamera ya harus jaim. Gonta-ganti pacar, itu biasa bagi orang Barat. Tapi kalau Perdana Menteri, ya nggak enak dilihatnya (http://www.theguardian.com/world/2011/oct/14/berlusconi-scandals-timeline). Artinya, sekularisme gagal mempertahankan prinsip ‘individualismenya’ sendiri.

Pada kenyataannya, manusia itu makhluk sosial. Tidak hidup masing-masing saja. Ketika Anda merokok, bisa dipastikan yang menghisap asapnya bukan Anda sendiri. Dan ketika orang merokok, bisa dipastikan pula yang menyaksikan bukan dirinya sendiri. Bagaimana jika pejabat publik yang merokok? Siapa yang menyaksikan? Berapa yang tergoda untuk mengikuti?

Pada akhirnya, masyarakat sekuler di Barat pun mengakui kenyataan bahwa mereka harus melindungi anak-anak mereka sendiri. Mereka tidak mau pejabat publik melakukan hal-hal yang tidak baik, agar anak-anak mereka tidak meniru. Walaupun di sini orang-orang sekuler mengkhianati ideologinya sendiri, tapi di sisi lain bisa kita puji. Masih ada akal sehatnya.

Nah kalau sekuler inlander ini lain daripada yang lain, bahkan lain dari yang sekuler beneran sekalipun. orang-orang sekuler inlander ini biasanya ‘lebih sekuler’ daripada yang beneran sekuler. Di satu sisi, mereka masih beribadah, masih beragama, tapi cara berpikirnya bisa jadi nyerempet-nyerempet ateis. Demi mempertahankan ‘hak-hak individu’, apa yang tidak selayaknya dibela pun dibela juga. Mungkin supaya kelihatan sekuler 24 karat? Ya bisa saja. Namanya juga sekuler inlander. Kerjanya cari muka pada ‘majikan’.

Di Indonesia, rokok sudah jadi masalah besar. Jangankan anak sekolah, balita saja ada yang merokok. Hebat kan? Saking fanatiknya pada rokok, teman saya cerita bahwa dia pernah ketemu orang yang mau merokok di dlm pesawat. Katanya, industri rokok menghidupi banyak orang. OK. Tapi rokok membunuh berapa orang? Katanya, industri rokok mendatangkan pemasukan. OK. Lalu kerugian akibat merokok berapa? Sudah dihitung? Di Barat, aturan2 ketat seputar rokok sudah diterapkan. Merokok itu dibikin susah. Malah ada negara yang berwacana agar negaranya dijadikan benar-benar bebas rokok. Lagi-lagi, sekularisme gagal. Diam-diam banyak juga orang sekuler yang percaya pada ‘kebenaran absolut’. Bahwa rokok itu lebih banyak merugikan drpd menguntungkannya, itu sudah pasti benar. Tak terbantahkan.

Tapi buat kaum sekuler inlander, pokoknya dibela terus. karena kebenaran harus relatif? :)Generasi muda hancur karena rokok, tetap saja rokok dibela terus. Atas nama kebebasan. Sudah miskin, kecanduan merokok pula. Makin susah hidupnya. Tapi atas nama kebebasan, rokok harus dibela. Kalau bener pake logika, rasionalitas dan fakta2 ilmiah, harusnya semua orang sekuler itu anti rokok. Kalau mengaku menjunjung tinggi hak-hak asasi masyarakat, harusnya semua orang sekuler itu anti rokok.Tapi ya begitulah dunia sekuler. Ambigu. Mendesak rokok, tapi tidak bisa juga melarangnya.Minuman keras juga sama. Sudah jelas merusak, tapi masih dibela. Dibenci, tapi nggak ada yang berani melarang. Zina juga sama. Jelas-jelas biadab, tapi demi hawa nafsu ya dibela juga. Generasi hancur, apa boleh buat. Setidaknya, kaum sekuler yang masih berakal msh berusaha mencegah ekses negatif dari hal-hal tersebut. Tapi sekuler inlander nggak.

Bicara soal sekuler inlander ini sy selalu ingat pada Sumanto Al Qurtuby. Baca tulisannya di elsaonline.com/?p=3267. Dari tulisannya, jelaslah bahwa Sumanto lebih dari sekadar. Lihat di paragraf ketiga dari bawah. Benar, bagi orang sekuler, pelacuran itu sah-sah saja. Tapi siapa yang memperbandingkan pelacur dgn dosen? Bahkan orang sekuler yang menganggap zina itu boleh pun tak sudi membuat perbandingan demikian. Di negeri-negeri sekuler, meski pelacuran itu legal, tetap saja profesi dosen jauh lebih terhormat. Inilah ‘kebenaran absolut’ yang diam-diam diyakini di negeri-negeri sekuler Barat. Tapi sekuler inlander lebih lebay gayanya. Demi membela apa yang hendak mereka bela, digunakanlah logika-logika menyesatkan.

Kita masuk lagi ke studi kasus. Perhatikan perkembangan wacananya, bukan hanya kasusnya. Muncullah gambar seperti ini (pic.twitter.com/myk2yxLKDg). Jelas, siapa pun yang membuat gambar seperti ini bukan hanya melakukan pembelaan, tapi juga menunjukkan kebencian. Kebencian pada apa? Ya, pada jilbab. Karena sejak awal kasus Bu Susi ini tidak membicarakan jilbab. Tidak ada yang mengkritisi Bu Susi karena tidak berjilbab. Memang di Indonesia belum semua berjilbab, sudah pada maklum. Yang dikritisi adalah merokok di depan publik. Tapi isunya dibelokkan sedemikian rupa. Kemudian, digunakanlah imej Muslimah berjilbab yang kurang baik, yaitu Ratu Atut yang sedang terjerat kasus. Ini logika sesat. Membela pencuri ayam dengan mengatakan bahwa di kampung sebelah ada yang mencuri kambing.

Kemudian diambil ‘sepotong imej’ untuk merusak citra. Dalam hal ini, yang dirusak adalah citra muslimah berjilbab. Jilbab dihadapkan dengan rokok dan tato. Hanya dengan satu sampel. Itu kata kuncinya: SAMPEL! Sama saja dgn yang bilang “lebih baik nggak berjilbab tapi menjaga kehormatan drpd berjilbab tapi diam-diam bejat.”
Kombinasi 1: merokok, bertato, pekerja keras.
Kombinasi 2: berjilbab, tidak merokok, tidak bertato, tapi diduga korupsi.
Padahal masih banyak kombinasi yang lain. Apa koruptor yang merokok nggak ada? Apakah koruptor perempuan itu lebih banyak yang berjilbab atau tidak? Statistik nggak bisa cuma gunakan 1 sampel. Kalau bisa pakai 1 sampel, boleh dong saya bikin perbandingan begini? Ini contoh aja (pic.twitter.com/5wrpXNqdjB)

Isu lainnya yang hot: tentang pejabat publik yang kata-katanya kasar. Muncul jargon: “lebih baik memaki tapi tidak korupsi!” Inilah sekuler inlander. Akalnya rusak. Padahal majikan mereka di Barat nggak begitu mikirnya. Biarpun sekuler, nggak ada yang mengabaikan sopan santun. Pernah bayangin Obama bilang “A**hole!” (maaf ini cuma contoh) nggak? Kalo terjadi, pasti rakyat AS ngamuk. Padahal warga AS banyak yang sudah biasa mengucapkan kata itu. tapi tetap saja tidak layak bagi pemimpin. Coba lihat kenyataan di lapangan. orang Indonesia sudah tidak lagi terbiasa bicara santun. Di Twitter, ada kelompok-kelompok yang suka caci maki, bahkan kalau sudah mentok debat ujung-ujungnya kirim gambar porno. Di sekolah-sekolah, generasi muda sudah jadi korban bullying. Kekerasan fisik & verbal dimana2. OK, korupsi itu masalah besar. Tapi kekerasan fisik & verbal juga sudah jadi masalah besar di Indonesia.Jadi, kalau ada yang bilang pejabat nggak apa-apa maki-maki asal nggak korupsi, itu artinya dia nggak peduli negeri ini rusak.

Orang-orang sekuler inlander ini berusaha begitu keras untuk jadi sekuler sehingga mereka melampaui batas sekularisme itu sendiri. Sekularisme sudah mentok, dan orang-orang sekuler menyadarinya. tapi kaum sekuler inlander nggak peduli, semuanya ditabrak! Sebelum saya tutup, saya ingin jelaskan lagi bahwa persoalan Bu Susi hanya studi kasus di kultwit ini. Memang nyatanya hukum di negeri ini blm melarang rokok. Tapi ada standar perilaku untuk pejabat publik, meski tak tertulis. Kalau kita menggunakan akal sehat, pasti menyadari aturan-aturan tak tertulis tersebut. Baik yang sekuler maupun yang tidak. Saya tidak mengatakan bahwa Bu Susi harus mundur karena alasan tersebut. Bongkar-pasang kabinet belum tentu hal yang bagus. Saya juga tidak mempertanyakan kecerdasan Bu Susi. orang yang bisa mengelola maskapai nggak mungkin bodoh, kan? Saya hanya ingin katakan bahwa banyak ortu yang berharap anak-anak mereka bisa memiliki panutan yang baik. Itu saja. Tapi kalau sudah sekuler inlander, ya tidak ada lagi akal sehat. Nggak bisa diajak bicara baik-baik lagi.Apa pun dilakukan meski dgn pemikiran setengah matang; atau jangan-jangan nggak pake mikir dulu?  Semoga kita terhindar dari kejahilan yang demikian. Aamiin..


Disadur (dengan beberapa suntingan) dari kicau Kang Akmal Sjafril (@malakmalakmal)
Sumber: http://chirpstory.com/li/236599?page=1

Mau Mendidik Siswa/i tapi Sekolah Belum Beradab ? Bagian 2... habis

Ini Nie, sambungan Cerita sekolah beradab beradab



Kepala sekolah terlihat berpikir keras selama beberapa menit sampai akhirnya menjawab," ini seperti toko serba ada, semua ada".
Dari jawaban itu saya baru faham, pantas saja satpam sekolah ini tak punya sense of excelent service, kepala sekolahnya saja tak bisa menjelaskan apa value preposition sekolahnya.
Kemegahan bangunan, serta berbagai prestasi yang telah diraih, rasanya menjadi tak ada apa-apanya. Bukan itu yagn membuat kita terkesan, melainkan atmosfir sekolah, hidden curricullum, culture.
Perjalanan kami lanjutkan ke sekolah Islam di tengah kampung. Bangunannya kecil sederhana. Pendiri sekolah ini seorang lulusan STM, tetapi mengabdikan separuh hidupnya untuk merumuskan dan menerapkan konsep sekolah kreatif yang dapat memanusiakan manusia.

Saat ditanya tentang sekolahnya, dengan lancar dia menjelaskan konsep sekolah kreatif yang memberikan porsi besar pada kreativitas anak dan guru.
Ruang kelas dibuat tanpa daun pintu. Hanya lubang lubang besar berbentuk kotak, lingkaran, bulan sabit, bintang. Sehingga ketika guru tidak menarik, siswa boleh keluar kapan saja. Tak ada seragam sekolah dan buku pelajaran.
Kami duduk di pelataran sekolah sambil menyaksikan keceriaan anak-anak yang tengah bermain. Selama kami duduk, ada tiga orang guru dalam waktu yang berbeda menghampiri menyambut kami dan bertanya, "ada yang bisa yang saya bantu?"
Saya menangkap semangat melayani para guru tersebut. Mereka ingin memastikan tak ada tamu yang tak dilayani dengan baik.

Saat mengamati anak-anak bermain, saya melihat ada seorang anak yang jatuh dan menangis. Saya menebak bahwa guru akan segera membantu. Tetapi tebakan saya salah, ternyata dua teman sekelasnya datang menghibur dan membantunya untuk berdiri dan memapahnya ke kelas. Saya cukup terkesan.
Di sekolah yang sederhana ini saya menangkap aura kebahagiaan dari siswa dan guru-gurunya. Saya tak perlu tahu kurikulum dan sistemnya, saya sudah bisa merasakannya. Konsep dan visi pendirinya, ternyata bukan hanya di kertas. Saya bisa melihat dalam praktik. Itulah hidden curricullum, culture.
Pada kesempatan lain rekan saya pernah juga terkesan oleh siswa sekolah internasiona yang kebanyakn siswanya berkebangsaan jepang. Saat itu rekan saya akan mengisi acara di depan siswa pukul 10 pagi. Pukul 09.39 aula masih kosong. Tak ada orang tak ada kursi.
Lima belas menit sebelum acara para siswa datang, mengambil kursi lipat dan meletakkannya dalam posisi barisan yang rapi. Seusai acara, setiap siswa kembali melipat kursi dan meletakkannya di tempat penyimpanan, hingga ruangan kembali kosong dan bersih seperti semula. Itulah culture.
Dari cerita di atas, saya semakin tidak tertarik pada prestasi apa yang diraih sekolah, semegah apa sebuah sekolah.

Saya lebih tertarik bagaimana budaya sekolah dibangun dan diterapkan?
Banyak sekolah yang menginvestasikan begitu banyak waktu dan pikiran untuk menyabet berbagai penghargaan. Tapi tak banyak yang serius membuat sekolah menjadi berharga dengan karakter dan budi pekerti.
Banyak guru dan pelatih didatangkan untuk memberikan pembinaan tambahan pada siswa agar dapat menang lomba.
Tapi sedikit sekali pelatihan service excellence untuk satpam dan karyawan.
Dinding sekolah dipenuhi foto-foto siswa yang juara ini juara itu, tapi jarang sekali foto sesorang siswa dipajang karena dia melakukan sebuah kebaikan. Kehebatan lebih dihargai daripada kebaikan. Prestasi lebih berharga dari budi pekerti.

Kita harus segera mengubah sistem pendidikan kita yang masih berorientasi pada ta'lim (mengajarkan) menjadi ta'dib (penanaman adab). Dalam konsep compassionate school, tadib harus diterapkan secara menyeluruh (whole school approach) meliputi tiga area,
1. SDM yaitu guru, karyawan, orangtua, hingga satpam,
2.kurikulum, dan
3.iklim atau hidden curricullum.

Sebuah sekolah bukanlah pabrik yang melahirkan siswa-siswa pintar. Tapi sebuah lingkungan yang membuat semua unsur di dalamnya menjadi lebih ber-adab. Untuk mengukur apa kah sebuah sekolah sudah menjadi
compassionate school tak serumit standar ISO. Cobalah berinteraksi dengan satpam sekolah, amatilah bagaimana guru beriteraksi, siswa bersikap. Rasakan atmosfirnya.
Jika prestasi akademik bisa dilihat di selembar kertas, budi pekerti hanya bisa kita rasakan.

Ditulis oleh
Irfan Amalee
17 Oct 2014 | 23:19


Semoga bermanfaat yaa terutama bagi guru-guru dan kepala sekolah serta stakeholder terkait, dalam hal ini kemendikbud, pemerintah daerah, pemerintah pusat, Dan adik2 siswa/siswi semoga kalian menjadi orang-orang bermartabat, beradab kelak. amin...

Mau Mendidik Siswa/i Tapi Sekolah Belum Beradab ? Bagian 1...

Saya baru saja membaca sebuah artikel, saya pikir ini menarik untuk di-sharing-kan kembali.. cekidot yaa  :D



Apakah Sekolah Kita Sudah "Beradab"?

Setahun terakhir ini saya terlibat membantu program Teaching Respect for All UNESCO. Saya juga membantu sejumlah sekolah agar menjadi sekolah welas asih (compassionate school). Dua hal di atas membawa saya bertemu dengan sejumlah sekolah, pendidik, hingga aktivis revolusioner dalam menciptakan pendidikan alternatif.
Di benak saya ada satu pertanyaan: sudah se-compassionate apa sekolah kita?
Sejauh mana sekolah menumbuhkan sikap respect pada siswa dan guru, serta semua unsur di lingkungan sekolah?
Compassion (welas asih) dan respect (sikap hormat dan emphaty) adalah bagian dari adab (akhlak) maka pertanyaannya bisa sedikit diubah dan mungkin terdengar kasar: sudah seber-adab apakah sekolah kita?

Rekan saya melakukan sebuah experimen yang menarik. Dia berkunjung ke Sekolah Ciputra, sekolah millik pengusaha Ciputra yang menekankan pada karakter, leadeship dan entrepreneurship serta memberi penghargaan pada keragaman agama dan budaya.
Pada kunjungan pertama rekan saya itu datang dengan baju necis menggunakan mobil pribadi. Di depan gerbang, pak satpam langsung menyambut hangat, "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

Rekan saya menjawab bahwa dia ingin bertemu dengan kepala sekolah, tetapi dia belum buat janji. Dengan sopan Pak Satpam berkata, "Baik, saya akan telepon pak kepala sekolah untuk memastikan apakah bisa ditemui. Bapak silakan duduk, mau minum kopi atau teh?"
Pelayanan yang begitu mengesankan!
Di waktu lain, rekan saya datang lagi, dengan penampilan yang berbeda. Baju kumal, dengan berjalan kaki. Satpam yang bertugas memberikan sambutan yang tak beda dengan sebelumnya, dipersilakan duduk dan diberi minuman.
Saat berjalan menuju ruang kepala sekolah, satpam mengantarkan sambil terus bercerita menjelaskan tentang sekolah, bangunan, serta cerita lain seolah dia adalah seorang tour guide yang betul menguasai medan.

Bertemu dengan kepala sekolah tak ada birokrasi rumit dan penuh suasana kehangatan. Padahal rekan saya itu bukan siapa-siapa, dan datang tanpa janjian sebelumnya.
Melatih satpam menjadi sigap dan waspada adalah hal biasa.
Tetapi menciptakan satpam dengan perangai mengesankan pastilah bukan kerja semalaman.
Pastilah sekolah ini punya komitmen besar untuk menerapkan karakter luhur bukan hanya di buku teks dan di kelas. Tapi semua wilayah sekolah, sehingga saat kita masuk ke gerbangnya, kita bisa merasakannya. Itulah hidden curricullum, culture.
Di kesempatan lain, saya bersama rekan saya itu berkunjung ke sebuah sekolah Islam yang lumayan elit di sebuah kota besar (saya tidak akan sebut namanya). Di halaman sekolah terpampang baliho besar bertuliskan, "The most innovative and creative elementary school" sebuah penghargaan dari media-media nasional.
Dinding-dinding sekolah dipenuhi foto-foto siswa yang menjuarai berbagai lomba. Ada dua lemari penuh dengan piala-piala.

Pastilah sekolah ini sekolah luar biasa, gumam saya.
Kami berjalan menuju gerbang sekolah menemui satpam yang bertugas. Setelah kami mengutarakan tujuan kami bertemu kepala sekolah, satpam itu dengan posisi tetap duduk menunjuk posisi gerbang dengan hanya mengatakan satu kalimat, "lewat sana".
Kami masuk ke sekolah tersebut. Di tangga menuju ruangan kepala sekolah, ada seorang ibu yang bertugas menjadi front office menghadang kami dengan pertanyaan, "mau kemana?" dengan wajah tanpa senyum.

Saat tiba di ruangan kepala sekolah, kebetulan saat itu mereka sedang rapat maka kami harus menunggu sekitar 45 menit. Selama kami duduk, berseliweranlah guru, datang dan pergi tanpa ada ada yang menghampiri dan bertanya, " ada yang bisa saya bantu?"
Akhirnya kepala sekolah mempersilakan kami untuk masuk ke ruangannya. Baru ngobrol sebentar, tiba tiba seseorang di luar membuka pintu dan memasukkan kepalanya menanyakan sesuatu kepada kepala sekolah yang tengah mengobrol dengan kami.
Tak lama dari itu tiba-tiba seorang guru masuk lagi langsung minta tanda tangan tanpa peduli bahwa kami sedang mengobrol.
Kesal dengan itu, akhirnya kepala sekolah mengunci pintu agar tak ada orang masuk.
Dalam obrolan, saya sempat bertanya, apa kelebihan sekolah ini?

Bersambung yaaaa, biar jadi banyak tulisan, hehe :D

Monday, October 27, 2014

Jangan Tidur Kalo Lampu masih Nyala yaaa :D

Ada share-an bagus dari rekan saya, sebenarnya sudah lama saya mencari tahu ini, namun lupa untuk dibagikan. Karna ga sengaja nemuin ini, daripada lupa ya langsung saya share aja.. Dibaca ya semoga bermanfaat...


KENAPA RASULULLAH MENYURUH MEMATIKAN LAMPU KETIKA HENDAK TIDUR ?




"Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman" (HR.Muttafaq'alaih).
Rasulullah mensabdakan itu lebih dari 14 abad yang lalu. Ternyata, di abad modern ini baru diketahui manfaat medis dari tuntunan Rasulullah untuk memadamkan lampu ketika hendak tidur.
Ahli biologi Joan Robert mengungkapkan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya. Hormon melatonin ini adalah salah satu hormon kekebalan tubuh yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker payudara dan kanker prostat. Orang yang tidur dalam kondisi gelap, maka tubuhnya bisa memproduksi hormon ini.
Sebaliknya, tidur dengan lampu menyala di malam hari, sekecil apapun sinarnya menyebabkan produksi hormon melatonin terhenti..

Pentingnya tidur di malam hari dengan mematikan lampu juga diteliti oleh para ilmuwan dari Inggris. Peneliti menemukan bahwa ketika cahaya dihidupkan pada malam hari, bisa memicu ekpresi berlebihan dari sel-sel yang dikaitkan dengan pembentukan sel kanker.
Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia yang diadakan di London juga menyatakan bahwa orang bisa menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.
Subhanallah... demikian luar biasa tuntunan Rasulullah. Setelah berabad-abad, hikmah medisnya baru terugkap. Wallahu a’lam bish shawab."

Sebarkan ini wahai saudaraku agar saudara kita yang lain mengetahuinya


Anonim (bisa searching di google sumber2nya yaaa  :D)

Bergelar Tak Berprestasi ? Sayang banget yaa



Ada yg menarik dari share-an rekan saya nie. coach Entrepreneur Bsinis, begitu dia menyebut gelarnya... dan itu juga brandnya.. Keren yaaa  :D


"Sebaiknya kita tidak mengkotak-kotakkan sesorang dari gelar atau level pendidikan formal. Ilmu bisa didapat di mana saja. Orang-orang yang tidak berlatar belakang pendidikan formal pun sudah banyak yang berkarya hebat bahkan hingga level dunia. Di sisi lain tidak sedikit orang yang bergelar tapi gagal dalam memimpin, minim karya, bahkan menghancurkan reputasinya sendiri.
Gelar akademik sejatinya bukanlah untuk dibanggakan, tapi ia adalah pertanggungjawaban. Sama halnya dengan ibadah haji, bukan sekedar pemberi kebanggaan dengan penambahan huruf H di depan namanya, atau sekedar ingin dipanggil pak Haji. Tapi hal itu adalah pertanggungjawaban apakah hajinya mabrur atau tidak. Maka gelar akademik pun sesungguhnya adalah pertanggungjawaban atas kapasitas keilmuan dan karyanya yang mengiringi.

- Berlatar belakang pendidikan formal + gelar & berprestasi = wajar
- Tidak berlatar belakang pendidikan formal, tidak bergelar, tapi berprestasi = hebat
- Berlatar belakang pendidikan formal + gelar, tidak berprestasi = disayangkan
- Tidak berlatar belakang pendidikan formal, tidak bergelar, tidak berprestasi = dimaklumi
Namun, saya tetap mengapresiasi setinggi-tingginya kepada para akademisi yang meraih gelar atas jerih payah yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Akan lebih lengkap jika gelar tersebut selaras dengan serentetan karya & prestasi yang fenomenal. Alhamdulillah saya banyak menemukan beliau-beliau yang seperti ini, termasuk para guru saya (Salam hormat dulu  )

Terkait dengan pengangkatan atau pemilihan pemimpin dan pejabat negara, jika dihadapkan pilihan seperti ini:
1. Pemimpin yang hanya lulusan sekolah dasar atau menengah tapi kaya akan prestasi, karya & kontribusi.
2. Pemimpin dengan gelar mentereng tapi minim sekali prestasi, karya & kontribusi.
Tentu saya akan pilih nomor 1. Menurut saya gelar hanya citra di awal. Pada akhirnya orang akan melihat apa yang telah kita lakukan, amal terbaik apa yang telah kita kontribusikan.
Namun di atas itu semua, saya akan lebih memilih pilihan no.3 ini jika ada:
3. Pemimpin yang memiliki track record baik dalam hal prestasi, moral dan spiritual, seperti berakhlak baik, bersih (tidak cacat hukum), jujur, adil, amanah, tanggungjawab, dan taat beragama.
Kenapa taat beragama? Ya, bagaimana mungkin kita menyerahkan amanah rakyat kepada pemimpin yang tidak taat beragama? Kepada Tuhannya saja dia berani berkhianat, apalagi kepada rakyatnya sendiri."


dari Temen saya Roni Akmal Coach Entrepreneur

Sunday, October 26, 2014

Bagi Anda yg Sudah Menikah, ini Tips agar Cinta Anda Tetap Membara/Menggebu dan Membahagiakan :D Yang belum, sabar dan berusaha yaa, serta doa jangan lupa n___n

Beberapa kali saya dan beberapa teman guru ngobrol tentang anak2 didik kami terdahulu, lalu cerita bisnis, lalu ke pernikahan...Saya bersyukur mendapat sharing-an bagus sekali, mengingat saya yang inshaAllah akan melangsungkan pernikahan, minta doanya ya para pembaca  n___n

Berikut  alur dalam merayakan cinta berdasar QS Ar Ruum 21 :



1. Min anfusikum
Artinya, hal pertama yg dibicarakan al quran tentang pernikahan 2 manusia adalah kesejiwaan. Kodenya adl komitmen kepada Allah dan agamanya







2. Azwaajan (pasangan hidup).
Kaidah pernikahan adalah "jadikan org disamping anda menjadi orang hebat dan pilihan yg tepat."







3. Litaskunu ilaiha (supaya kalian tentram/tenang padanya)
Sakinah itu adalah tentram karena gejolak syahwat telah menemukan saluran halal dan thayyib, serta telah ada sahabat lekat yang siap mendukung perjuangan pasangannya.







4. Wa ja'ala bainakum mawaddatan (pengupayaan untuk mawaddah).
Mawaddah adalah cinta yang erotis-romantis. Bentuknya bisa ekspresi yang paling bathin sampai paling dhohir, dari yang sifatnya emosional hingga seksual... :D






5. Wa (ja'ala bainakum) rahmatan atau Rahmah. Mawaddah dan rahmah jg bermakna cinta.
Namun rahmah adalah sebuah cinta tak terhingga sepanjang masa. Cinta yg memberi (bukan meminta), cinta yg Berkorban (bukan menuntut), cinta yg berinisiatif (bukan menunggu), Cinta yg bersedia (bukan berharap harap)

Semoga bagi yang sudah menikah, baik yang baru saja, yang sudah memiliki anak 1, meiliki anak 2, yg sudah 20an tahun ataupun lebih semoga bermanfaat dengan kajian surat Arrum ayat 21 tsb. Syukur2 menjadi gelora baru dalam cinta kasih.. amin
Semoga bermanfaat :D

Saturday, October 25, 2014

Bu Guruku Pandai Mengajar | Psikologi Anak | Pendidikan Anak | Islam is My Way part 1



Seperti biasa kami ngobrol tentang murid-murid, berita seputar politik, lalu liburan, jalan-jalan, dll. Lalu ada yang nge-share tulisan. Sudah lama pernah membaca tulisan, tapi mungkin lupa lagi dan ada baiknya sya share agar lebih banyak orang dapat tahu dan merenungkannya  :D
Ga panjang2 amat tapi lumayan laah.. n___n
Disimak yaaa sista, mba dan atau bu Ibu...

Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam.
Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru
berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka
berserulah “Penghapus!”. Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian
cepat. Beberapa saat kemudian sang guru
kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur,maka berserulah “Penghapus!”, jika
saya angkat penghapus,maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk,dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak
lagi kikuk. Selang beberapa saat,permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam.
Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang
bathil itu bathil. Namun kemudian,musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara,
untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar
bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan
dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian
mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan
etika.” “Keluar berduaan, berkasih-
kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang
lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend,materialistik kini menjadi suatu gaya
hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah
terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-
muridnya. “Paham Bu Guru”.
“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Al Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di
tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang
dimisalkan karpet.Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku
lain, tanpa memijak karpet?”

Bersambung (Penonton kecewaaaa  :D)