Monday, December 7, 2015

Pemuda 01



Assalamualaikum Bloggers. Pagi-pagi dikirimin artikel bagus banget, sayang kalau hanya dibaca, mending saya abadikan. Ya ngak sie ? hehee.

Beneran kalau sudah merried ada rasa khawatir tentang masa depan anak-anak kita. Melihat fenomena yang terjadi saat ini (mungkin ga saat ini saja, tetapi sudah sejak saya kecil dulu barangkali) tetapi lingkungan main, media televisi, internet dan lain-lain membuat sesuatunya menjadi bergerak lebih cepat dibanding saat saya kecil dulu. Terkait itu saya mau sharing artikel dari seorang pakar psikologi Indonesia, kalau saya sudah menganggap ini orang keren punya. Silahkan disimak yah.

Materi pertama dari Psikolog lulusan UI, Drs. Adriano Rusfi, S.Psi atau yang sering di sapa Bang Aad. Beliau menyampaikan materi Melahirkan Generasi Aqil Baligh untuk Peradaban Indonesia yang Lebih Hijau dan Lebih Damai.

Konsultan SDM dan Pendidikan Independen yang pernah menjadi Pimpinan Umum Majalah Ummi ini membuka materi dengan pertanyaan: “Apa yang membuat anak-anak kita tertarik dengan ISIS atau NII? Mengapa seorang anak usia 13 tahun bisa mengendarai mobil balap dan menewaskan banyak orang? Mengapa tawuran? Mengapa pakai narkoba?”

Berdasarkan pengalaman beliau bekerja pada BNN di bagian prevensi, penangkapan ternyata hanya memiliki efek keberhasilan 2%. Bahkan rehabilitasi tingkat keberhasilannya hanya 6%. Artinya jika 100 orang di rehabilitasi, 94 orang akan kembali jadi pemakai.

Kalau dulu Bung Karno bilang, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Sekarang kita bilang, “Beri aku satu remaja, pusing awak dibuatnya.”

Pemuda memang identik dengan semangat perubahan. Ini merupakan salah satu penyebab mengapa pada masa Rasullullah, Islam lebih berkembang di Madinah daripada di Mekah. Saat itu di Madinah lebih banyak penduduk mudanya, dibandingkan dengan Mekah yang lebih banyak penduduk berusia lanjutnya.

Di masa awal kemerdekaan, kita bisa lihat bagaimana para pemuda seperti Bung Karno, HOS Cokroaminoto, dan lain-lain mampu memimpin perundingan antar negara pada usia mudanya. Mereka menyerukan sumpah pemuda untuk mempersatukan bangsa. Tercatat dalam sejarah bagaimana geniusnya mereka memilih bahasa melayu yang egaliter sebagai bahasa persatuan.

Lantas mengapa kualitas generasi muda kita menurun?" baca kelanjutannya

By ust. Adriano Rusfi ditulis kembali oleh saya. (copast sie, hihii)

No comments:

Post a Comment